Orang-orang mengibarkan bendera Palestina (ilustrasi). Lebih dari 400 penyanyi dan artis dari berbagai negara mengumumkan partisipasi mereka dalam boikot budaya terhadap Israel.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lebih dari 400 penyanyi dan artis dari berbagai negara mengumumkan partisipasi mereka dalam boikot budaya terhadap Israel. Langkah ini sebagai bentuk protes atas genosida yang dilakukan Israel terhadap warga Palestina di Gaza.
Dalam kampanye bertajuk "No Music for Genocide" para musisi menyerukan untuk menarik karya mereka dari platform streaming musik digital yang berbasis di Israel. Boikot ini menjadi bagian dari gelombang protes global terhadap serangan berkelanjutan Israel di wilayah Gaza, yang telah menimbulkan penderitaan luar biasa, terutama terhadap anak-anak Palestina.
Menurut laporan media Haaretz, inisiatif ini juga mendesak label-label musik besar seperti Sony, Universal, dan Warner, untuk mengambil tindakan seperti saat mereka memboikot Rusia pasca invasi ke Ukraina. Beberapa nama besar yang tergabung dalam aksi ini antara lain grup asal Inggris Massive Attack, band Skotlandia Primal Scream, musisi indie asal AS Japanese Breakfast, penyanyi legendaris Carole King, bintang pop Jepang Rina Sawayama, dan artis asal Denmark, MO.
"Budaya memang tidak bisa menghentikan bom. Namun budaya bisa menolak represi politik, mengubah opini publik menuju keadilan, dan menolak normalisasi serta art-washing oleh negara atau perusahaan yang melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan," kata para musisi dilansir laman TRT World, Ahad (21/9/2025).
Aksi boikot ini menjadi bagian dari gerakan protes global yang lebih luas di bidang budaya, seni, dan olahraga, yang menyoroti dan menentang genosida Israel di Gaza yang telah berlangsung berbulan-bulan.