5 Update Kunjungan Trump ke Arab: Normalisasi Israel-Akui Palestina

5 hours ago 2

Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden AS Donald Trump memulai kunjungan ke Timur Tengah, Selasa (13/5/2025). Sejumlah poin menjadi fokus isu pembicaraannya dengan para pemimpin Dunia Arab.

Trump memulai kunjungannya dengan menyambangi Riyadh, Arab Saudi, untuk menghadiri forum investasi serta bertemu dengan Putra Mahkota Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS) dan Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa. Setelahnya, orang nomor satu AS itu akan pergi ke Doha, Qatar, untuk melakukan pembicaraan antara Washington dengan negara-negara Teluk.

Berikut sejumlah perkembangan terbarunya per Rabu (14/5/2025):

1. Jual Senjata-Pesawat Terbang

Amerika Serikat (AS) sepakat untuk menjual paket persenjataan senilai hampir US$142 miliar atau setara Rp2,3 triliun kepada Arab Saudi. Gedung Putih menyebutnya sebagai "perjanjian kerja sama pertahanan terbesar" yang pernah dilakukan Washington.


Perjanjian, yang ditandatangani selama kunjungan Presiden AS Donald Trump ke ibu kota Saudi, Riyadh, mencakup kesepakatan dengan lebih dari selusin perusahaan pertahanan AS di berbagai bidang termasuk pertahanan udara dan rudal, angkatan udara dan kemajuan ruang angkasa, keamanan maritim dan komunikasi.


"Paket yang ditandatangani hari ini, kesepakatan kerja sama pertahanan terbesar dalam sejarah AS, merupakan demonstrasi yang jelas dari komitmen kami untuk memperkuat kemitraan kami," kata lembar fakta Gedung Putih, seperti dikutip Reuters, Rabu (14/5/2025).

Selain senjata, Trump juga dikabarkan akan menyaksikan penandanganan pemesanan pesawat Boeing oleh maskapai Qatar, Qatar Airways. Walau begitu, sejumlah rincian seperti jenis pesawat yang dibeli maskapai ternama dunia itu belum dirilis

"Meskipun rincian pasti dari investasi yang Qatar rencanakan untuk diumumkan pada hari Rabu tidak jelas, Qatar Airways diperkirakan akan mengumumkan kesepakatan untuk membeli sekitar 100 jet berbadan lebar dari Boeing," menurut sumber yang mengetahui masalah tersebut.

2. Cabut Sanksi Suriah

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuat gebrakan baru: di bawah kepemimpinannya, Washington akan mencabut semua sanksi terhadap Suriah.


Penetapan tersebut disampaikan Trump dalam pidatonya di Forum Investasi Saudi-AS di Riyadh, Arab Saudi pada Selasa (13/5/2025), yang termasuk dalam kunjungannya selama empat hari di Timur Tengah.


"Saya akan memerintahkan penghentian sanksi terhadap Suriah untuk memberi mereka kesempatan meraih kejayaan," kata Trump seperti dikutip CNBC International pada Rabu (14/5/2025).


Trump menyebut bahwa di Suriah, yang telah mengalami begitu banyak kesengsaraan dan kematian, ada pemerintahan baru yang diharapkan akan berhasil menstabilkan negara dan menjaga perdamaian. "Itulah yang ingin kita lihat," imbuhnya.


"Di Suriah, mereka telah mengalami banyak tragedi, perang, pembunuhan selama bertahun-tahun. Itulah sebabnya pemerintahan saya telah mengambil langkah pertama untuk memulihkan hubungan normal antara Amerika Serikat dan Suriah untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade," tambah Trump.


Di sisi lain, Trump menyebut sanksi terhadap Suriah "brutal dan melumpuhkan", di mana ia mengisyaratkan bahwa sanksi tersebut tidak lagi memiliki fungsi penting. "Sekarang, saatnya mereka bersinar," katanya tentang negara tersebut. "Kami akan mencabut semuanya."


"Jadi saya katakan, Semoga beruntung Suriah. Tunjukkan kepada kami sesuatu yang sangat istimewa, seperti yang telah mereka lakukan, terus terang saja, di Arab Saudi," tambah Trump.

3. Normalisasi Israel

Presiden AS Donald Trump menyambangi Putra Mahkota Arab Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS) di Riyadh, Selasa (13/5/2025). Hal ini dilakukan saat Trump terus mendorong normalisasi Israel-Saudi.


Dalam kunjungan itu, Trump mengumukan serangkaian kesepakatan dagang dan keamanan dengan Arab Saudi. Namun, tidak dijelaskan terkait upaya normalisasi hubungan antara Israel dan Kerajaan tersebut, dengan Washington masih memandang hal itu sebagai bukan prioritas.

"Arab Saudi tetap menjadi mitra strategis AS, tetapi hubungan dengan Israel tampaknya bukan prioritas saat ini," kata seorang pejabat Gedung Putih yang tidak ingin disebutkan namanya dikutip Al Jazeera.


Trump sendiri mengatakan bahwa menjalin hubungan formal antara Arab Saudi dan Israel akan menjadi sebuah "mimpi". Namun ia ingin kerajaan tersebut mewujudkannya pada "waktunya sendiri".

Selain pada Arab Saudi, Trump juga menyuarakan hal serupa kepada Suriah. Di depan Presiden Suriah Ahmed Al Sharaa, Trump meminta agar Negeri Syam mulai masuk pada langkah-langkah normalisasi hubungan dengan Negeri Zionis.


Peneliti Timur Tengah di Baker Institute, Kristian Coates Ulrichsen, mengatakan bahwa Trump telah menyadari bahwa dengan perang yang sedang berlangsung di Gaza dan penolakan Israel untuk merundingkan pembentukan negara Palestina menjadi salah satu isu yang perlu diselesaikan sebelum adanya normalisasi ini.


"Saya pikir Gedung Putih akhirnya mengakui bahwa perjanjian normalisasi saat ini tidak mungkin," kata Coates Ulrichsen kepada Al Jazeera.

4. Akui Palestina

The Jerusalem Post, mengutip kantor berita Amerika "The Media Line", melaporkan bahwa Presiden Donald Trump kemungkinan akan mengumumkan pengakuan AS atas Negara Palestina selama KTT Arab di Arab Saudi.

Menurut surat kabar tersebut, seorang sumber diplomatik Teluk, yang menolak mengungkapkan identitas atau posisinya, mengatakan kepada "The Media Line" bahwa "Presiden Donald Trump akan mengeluarkan deklarasi mengenai Negara Palestina dan pengakuan AS terhadapnya, dan bahwa negara Palestina akan didirikan tanpa kehadiran Hamas."

Sumber tersebut menambahkan, menurut kantor berita "Russia Today", "Jika deklarasi Amerika yang mengakui Negara Palestina dikeluarkan, itu akan menjadi pernyataan paling penting untuk mengubah keseimbangan kekuatan di Timur Tengah, dan lebih banyak negara akan bergabung dengan Perjanjian Abraham."

Sumber tersebut mengonfirmasi bahwa perjanjian ekonomi pasti akan ada, tetapi banyak di antaranya telah diumumkan sebelumnya, dan kita mungkin menyaksikan pembebasan bea cukai negara-negara Teluk.

Palestina sendiri telah menjadi isu yang krusial bagi cetak biru politik luar negeri AS. Di masa jabatan pertamanya, Trump telah mengakui Yerusalem sebagai ibukota resmi dari Israel, yang menimbulkan kritikan dari pihak Palestina karena hal itu akan memperkeruh situasi di antara dua negara yang berseteru itu.

Pasca serangan Israel ke Gaza, Trump bahkan telah mengusulkan untuk membangun Gaza menjadi "riviera Timur Tengah" baru untuk membangun wilayah tersebut, yang hancur diserbu Tel Aviv, dan melenyapkan milisi Hamas.

5. Isu Nuklir Iran

Dalam kunjungannya ini, Trump juga  menyebut Iran sebagai "kekuatan paling merusak" di Timur Tengah. Ia menyalahkan Teheran atas ketidakstabilan di seluruh kawasan dan memperingatkan bahwa AS tidak akan pernah mengizinkannya memperoleh senjata nuklir.

Memberikan apa yang ia gambarkan sebagai peringatan terakhir dan peluang potensial untuk diplomasi, Trump mengatakan Iran memiliki pilihan antara melanjutkan "kekacauan dan teror" atau merangkul jalan menuju perdamaian.

"Saya ingin membuat kesepakatan dengan Iran," katanya. "Namun, jika pimpinan Iran menolak perdamaian ini..., kami tidak punya pilihan selain memberikan tekanan maksimum yang besar."

Berbicara di sebuah pertemuan puncak investasi di ibu kota Saudi, Riyadh, Trump memperingatkan bahwa "Iran tidak akan pernah memiliki senjata nuklir", dan mengatakan tawarannya untuk kesepakatan tidak akan bertahan selamanya.

Trump juga menarik garis kontras yang mencolok antara apa yang disebutnya sebagai "visi konstruktif" Arab Saudi dan "keruntuhan dan penderitaan" yang menurutnya disebabkan oleh para pemimpin Iran.

"Tidak ada kontras yang lebih tajam dengan jalan yang telah Anda tempuh di Jazirah Arab daripada bencana yang terjadi di Teluk Iran," tambah Trump.

AS sendiri telah memulai sejumlah perundingan dengan pihak Iran untuk memulihkan kembali perjanjian nuklir 2015, JCPOA, yang dicabutnya Trump pada periode pertamanya. Sejauh ini, tim negosiator masih terus menyelesaikan sejumlah tawaran dan juga hal-hal yang disepakati untuk membuka jalan agar perjanjian itu dipulihkan, yang nantinya dapat mencabut sanksi ekonomi bagi Teheran.


(tps)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Siap Cabut Semua Sanksi AS Ke Suriah

Next Article Raja Salman Siapkan Amunisi Geng Arab Lawan Rencana Trump Caplok Gaza

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|