Ada Kabar Beras SPHP Bulog Kurang Laku di Pasar, Ini Penyebabnya

13 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Harian Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), Andrian Lame Muhar, menyebut beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang disalurkan Bulog kurang diminati di pasar tradisional. Penyebab utamanya, kata dia, karena harga beras lokal yang kini lebih murah dibandingkan beras SPHP.

"Harga beras medium maupun premium di pasar stabil, bahkan cenderung harga-harga beras lokal itu di bawah, rendah. Makanya SPHP itu di pasar anggota kami, Inkoppas, jadi kurang menarik harganya. Harga beras lokal di pasar saat ini rata-rata Rp10.600 per kilogram (kg). Sementara beras SPHP dari Bulog harganya kan sekitar Rp12.500 per kg. Jadi konsumen lebih memilih beras lokal yang lebih murah," kata Andrian saat ditemui di Jakarta, Selasa (14/1/2025).

Menurut Andrian, beras medium lokal tidak hanya lebih murah tetapi juga lebih sesuai dengan selera konsumen. Di beberapa pasar, stok beras SPHP bahkan masih tersisa meski telah didistribusikan sejak beberapa waktu lalu.

"Inkopas kemarin menyalurkan 120 ton beras SPHP, tapi sampai sekarang belum habis. Biasanya seminggu sudah habis. Sekarang stok masih banyak karena harga beras lokal lebih murah, jadi masyarakat cenderung beli itu," jelasnya.

Ketua Harian Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), Andrian Lame Muhar. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)Foto: Ketua Harian Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), Andrian Lame Muhar. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)
Ketua Harian Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas), Andrian Lame Muhar. (CNBC Indonesia/Martyasari Rizky)

Selain faktor harga, katanya, kemasan beras SPHP yang dijual dalam ukuran kg juga dianggap kurang fleksibel bagi konsumen yang hanya membutuhkan dalam jumlah kecil.

"Kadang orang butuhnya cuma 1 atau 2 liter, sementara beras SPHP dijual per kg. Jadi lebih banyak yang beli beras lokal," tambahnya.

Lebih lanjut, Andrian juga menyoroti daya beli masyarakat yang menurun akibat kondisi ekonomi saat ini. Katanya, konsumen saat ini cenderung mengurangi konsumsi beras dan lebih selektif dalam pembelian.

"Biasanya satu rumah bisa beli sampai 20 kg, sekarang lebih irit makannya. Jadi mereka lebih memilah sekarang buat membeli beras," tukas dia.

Kendati demikian, Andrian menyebut tentunya masih ada pasar di mana beras SPHP tetap laku terjual. Hal ini terjadi di daerah yang minim pasokan beras lokal atau hanya tersedia beras premium dengan harga tinggi.

"Kalau di pasar yang stok beras lokalnya tidak banyak, atau yang masuk cuma beras premium yang mahal, beras SPHP pasti laku. Jadi pasarnya memang beda-beda," pungkasnya.


(wur)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RI Mau Swasembada Pangan, Bulog Harus "Kuasai" Stok-Beras Cs

Next Article Bos Bulog Minta Orang Kaya Jangan Beli Beras SPHP, Ada Apa?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|