Jakarta, CNBC Indonesia - Eropa jadi musuh baru Amerika Serikat (AS) di dunia teknologi. Hal ini dipicu aturan pembatasan teknologi yang diterapkan di kawasan Uni Eropa. AS menilai aturan itu "berlebihan" dan tidak menjunjung nilai kesetaraan dan keadilan.
Oleh karena itu, Ketua Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC) Brendan Carr berjanji membela kepentingan perusahaan-perusahaan teknologi AS yang menjadi korban dari peraturan Uni Eropa.
Hal tersebut ia sampaikan di konferensi Mobile World Congress (MWC) 2025 di Barcelona. Carr mengatakan peraturan teknologi Uni Eropa tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang oleh AS.
Ia merujuk secara khusus pada Undang-Undang Layanan Digital (DSA) Uni Eropa, sebuah peraturan penting dari blok tersebut yang bertujuan untuk mengatasi konten ilegal dan berbahaya secara online.
"Kami kembali ke akar amandemen pertama kami, yakni tradisi untuk mengutamakan kebebasan berbicara kami," kata Carr, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (4/3/2025).
"Dari Presiden [Donald] Trump hingga saya, di seluruh pemerintahan, kami mendorong perusahaan-perusahaan teknologi kami untuk menghentikan penyensoran yang kami lihat beberapa tahun terakhir," imbuhnya.
Ia mengungkap ada beberapa kekhawatiran yang dimiliki sehubungan dengan pendekatan yang diambil Eropa dengan DSA khususnya. Risikonya, regulasi tersebut dikhawatirkan akan merusak kebebasan berbicara.
Ancaman Trump ke Eropa
Ini bukan pertama kalinya AS menunjukkan kekhawatirannya tentang regulasi teknologi Eropa. Pada pertemuan internasional tentang AI di Paris bulan lalu, Wakil Presiden AS JD Vance membidik Eropa. Ia mengklaim regulasi yang ketat memberatkan perusahaan-perusahaan teknologi AS untuk berinovasi.
Pada 21 Februari, Presiden Trump mengeluarkan arahan yang mengancam akan memberlakukan tarif di Eropa untuk memerangi apa yang mereka sebut "pemerasan di luar negeri" terhadap perusahaan-perusahaan teknologi AS melalui pajak, denda, praktik, dan kebijakan layanan digital.
Menanggapi tarif Trump, Uni Eropa dilaporkan mengancam akan menggunakan instrumen "anti-pemaksaan" yang baru, yang memungkinkan blok ini untuk mengambil tindakan dalam kasus-kasus pemaksaan ekonomi terhadap negara-negara anggota Uni Eropa.
"Menurut saya, hal ini mengkhawatirkan bukan hanya bagi masyarakat Eropa, namun juga bagi perusahaan-perusahaan teknologi AS yang berbisnis di sini," ujar Carr.
"Penyensoran yang berpotensi datang dari DSA adalah sesuatu yang tidak sesuai dengan tradisi kebebasan berbicara di Amerika dan komitmen yang telah dibuat oleh perusahaan-perusahaan teknologi ini dalam keragaman pendapat," terangnya.
(fab/fab)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Antisipasi China, AS Perketat Akses Ekspor Chip & AI
Next Article Banyak yang Takut, Ramal Trump Menang Tanda Malapetaka Umat Manusia