Bangun Kembali Kepercayaan Pasar, Ini Rekomendasi Henan Asset

11 hours ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - Gejolak yang luar biasa pada kuartal I-2025, terutama pada April membuat nuansa pasar modal sedikit berbeda. Bukan karena tekanan global yang sepenuhnya reda, tapi karena kondisi pasar mulai terlihat lebih kondusif.

Pasca Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan penundaan tarif selama 90 hari, jeda ini memberi ruang bagi pemerintah Indonesia untuk bergerak menyusun strategi. Apalagi April lalu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, serta Menteri Keuangan Sri Mulyani menyusun beberapa poin negosiasi yang diajukan ke Amerika Serikat.

Poin-poin negosiasi tersebut di antaranya; rencana peningkatan impor beberapa produk pilihan dari AS untuk menyeimbangkan neraca dagang, hingga penyesuaian kebijakan non-tarif yang selama ini dianggap menghambat. Sebagai langkah protektif, pemerintah Indonesia juga menyiapkan skema trade remedies untuk mengantisipasi potensi banjir impor yang dapat mengganggu daya saing industri lokal, menekan produksi dalam negeri, serta berisiko melemahkan neraca perdagangan.

Namun, di tengah negosiasi yang dilakukan, Indonesia memiliki satu modal penting yakni ketergantungan negara kita terhadap ekspor ke Amerika Serikat ternyata cukup rendah, hanya sekitar 2% dari total PDB. Artinya, efek dari tarif dagang ini tidak langsung menjatuhkan ekonomi domestik selama ada upaya preventif untuk memperkuat pasar dalam negeri, dan memastikan sektor-sektor strategis tetap berjalan.

Berbagai pemain di pemerintahan Indonesia turut melakukan penyesuaian kebijakan demi menjaga stabilitas negara. Di sektor keuangan, Bank Indonesia kembali menahan BI-Rate di angka 5,75% serta mengucurkan dana sebesar Rp 370 triliun untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan ke sektor-sektor strategis.

Kebijakan ini turut berkontribusi pada masuknya dana asing, di mana Bank Indonesia mencatat foreign inflow sebesar Rp 2,36 triliun ke pasar keuangan Indonesia pada pekan ketiga April, terutama ke instrumen obligasi pemerintah, meskipun investor asing masih tercatat melakukan aksi jual di pasar saham. Sementara itu di sektor pasar modal, kebijakan Bursa Efek Indonesia yang turut melonggarkan aturan buyback saham langsung dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan besar seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), ADRO, dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR).

Lalu, Danantara juga mengumumkan rencananya untuk menjadi liquidity provider yang dinilai menjadi langkah positif karena mendukung kelancaran transaksi dan memperkuat ketahanan pasar modal dalam negeri. Kombinasi berbagai upaya dan kebijakan tersebut, ditambah dengan meredanya ketegangan global dari tarif dagang Amerika Serikat, mendorong pasar untuk mulai bergerak lebih stabil dan kondusif.

Alhasil, sejak awal bulan April hingga jam penutupan di hari Jumat, 16 Mei 2025, IHSG menunjukkan kenaikan perlahan sebanyak +13,05%.

Lalu bagaimana dengan Mei mendatang? PT Henan Putihrai Asset Management (Henan Asset) dalam beberapa pekan ke depan, selama tidak ada manuver besar dari sisi global, pasar dalam negeri diperkirakan akan bergerak dalam tren yang lebih stabil. Optimisme ini ditopang oleh katalis domestik yang mulai membentuk arah baru, antara lain:

  • Aksi korporasi seperti buyback saham yang terus bergulir di berbagai emiten besar, membantu menjaga harga saham sekaligus memperkuat sentimen investor.
  • Rencana akuisisi dan konsolidasi di sejumlah sektor strategis yang memberi sinyal kepercayaan pelaku pasar terhadap prospek jangka menengah.
  • Kebijakan fiskal pemerintah yang mulai menunjukkan bentuk implementasi, termasuk percepatan belanja infrastruktur dan penguatan daya beli rumah tangga melalui insentif tertentu.
  • Stabilitas makroekonomi, ditopang oleh keputusan BI mempertahankan suku bunga dan menjaga likuiditas yang cukup di pasar keuangan.

Meski tekanan eksternal belum sepenuhnya hilang, pelaku pasar kini mulai merespons faktor-faktor positif dari dalam negeri. Hal ini membuka peluang bagi investor untuk kembali menyusun strategi, baik melalui instrumen defensif maupun penempatan selektif di sektor yang berpotensi rebound lebih awal.

"Dengan begitu, ini menjadi momentum penting untuk investasi yang lebih terarah berbasis data, tidak reaktif, dan tetap mengutamakan manajemen risiko," ungkap laporan yang dibangun oleh Tim Investasi Henan Asset dikutip Senin (19/5/2025).

Henan Asset menyebut strategi investasi tidak harus agresif, tapi wajib adaptif. Menavigasi melalui perubahan sentimen pasar memerlukan keseimbangan antara karakter defensif dan oportunis, serta disiplin dalam mengevaluasi risiko dan potensi.

Untuk itu, Henan Asset hadir dengan tujuan membantu investor di tengah dinamika pasar yang mulai berubah. Dengan pendekatan berbasis strategi multi disiplin dan riset mendalam, kami menyusun produk investasi reksa dana yang selalu disesuaikan dengan berbagai kondisi makroekonomi.

"Di Henan Asset, kami percaya bahwa kebijaksanaan finansial bukan hanya tentang memprediksi badai, tetapi juga, dalam membimbing melewatinya dengan aman," ujar Tim Investasi Henan Asset melalui laporan terbaru bulan April 2025.


(dpu/dpu)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Bikin Investor Terguncang, Pasar Modal RI Masih Menarik?

Next Article Ini Prediksi Warren Buffett Soal Investasi Saham di 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|