Bank Sampah MAN 2 Yogyakarta Bisa Jadi Role Model Atasi Darurat Sampah Kota

1 hour ago 16

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Di tengah kondisi darurat sampah yang masih menjadi masalah di Kota Yogyakarta, MAN 2 Yogyakarta tampil sebagai salah satu pionir gerakan pengelolaan sampah yang berkelanjutan melalui kehadiran Bank Sampah 'Apel Mandala'. Sejatinya, Bank Sampah ini sudah berjalan dari tahun 2014 dan terus berkembang hingga saat ini.

Kepala MAN 2 Yogyakarta, Hartiningsih menyampaikan inisiatif tersebut tidak hanya menjadi bagian dari pembentukan karakter peduli lingkungan bagi siswa, tetapi juga berkontribusi langsung dalam mengurangi beban volume sampah kota yang selama ini terus meningkat. Dia menjelaskan bahwa gerakan zero waste di sekolah telah diterapkan bahkan sebelum isu darurat sampah mencuat di publik.

"MAN 2 Yogyakarta berusaha untuk ikut berkontribusi dalam rangka menanggulangi, mengurangi sampah. Seluruh guru dan murid tidak diperkenankan membawa botol plastik, wajib memakai Tumblr dan tempat makan sendiri. Sampah yang bisa di-recycle kita olah di Bank Sampah yang kita miliki, ditimbang dan dikonversi dalam bentuk tabungan," katanya saat dijumpai wartawan di sela-sela kegiatan Milad MAN 2 Yogyakarta, Kamis (25/9/2025).

Hartiningsih tak menepis bahwa program ini terbukti mampu menurunkan volume sampah secara signifikan di lingkungan madrasah, dan kini menjangkau masyarakat sekitar pasalnya setiap hari Jumat, Bank Sampah Apel Mandala juga menerima minyak jelantah yang disetorkan oleh masyarakat sekitar untuk dimanfaatkan lebih lanjut. 

Nantinya akan dihargai sesuai hasil timbangan dan harga yang telah ditentukan.

"MAN 2 itu berada di tengah kota Yogyakarta dan kami tau sekeliling nya banyak penjual UMKM, pedagang kaki lima yang menjual makanan dan itu penghasil minyak jelantah paling banyak. Maka kami lakukan pendekatan edukasi tentang bagaimana minyak jelantah yang tadinya dibuang dan mencemari lingkungan ternyata bisa diolah," ucapnya.

"Dari tahun ke tahun sampah sangat drastis berkurang karena dipilah dan sudah dimanfaatkan. Informasi dari Lurah juga sampah di MAN 2 Yogyakarta sudah sangat bisa diminimalkan," katanya menambahkan.

Dijumpai dalam kesempatan yang sama, Koordinator Pendidikan Lingkungan Hidup MAN 2 Yogyakarta, Khusnul, menyoroti bahwa pembiasaan adalah hal terpenting dari seluruh rangkaian program. Menurutnya, dari yang dulu satu truk per minggu, kini volume sampah telah menurun drastis. Seiiring waktu, sistem pun berkembang dari manual ke digital.

"Yang paling utama menanamkan pembiasaan peduli lingkungan. Kalau secara profit tidak begitu banyak, tapi dari kebiasaan-kebiasaan yang ditanamkan anak-anak bisa mereplikasi di lingkungan kehidupan sekitar. Jangan membuang sampah sembarangan, menghindari penggunaan plastik, dan memanfaatkan sampah jadi barang bermanfaat," ungkap dia.

Sementara itu, Bendahara Bank Sampah Apel Mandala, Umi Soiikatun, mengungkapkan bahwa meskipun tidak berorientasi profit, keberadaan bank sampah ini memberikan edukasi langsung dan dampak nyata terhadap krisis sampah kota. 

Produk yang dihasilkan beraneka ragam mulai dari kerajinan daur ulang seperti pin, lilin aromaterapi, sabun, hingga pot dari galon bekas. Bahkan minyak jelantah dari masyarakat sekitar pun dikelola.

"Kita adalah lembaga pendidikan. Sasaran utama bukan semata-mata keuntungan tetapi bagaimana memberikan edukasi karakter. Mereka belajar memilah, mengolah, dan melakukan aksi nyata peduli lingkungan," ujarnya.

"Kalau jualnya, dari tahun ke tahun ada mahasiswa yang kuliah, mereka diminimalisir untuk penggunaan barang baru. Seperti kertas arsip mereka ambil di kita dan minyak jelantah ini ada yang dipakai dibeli langsung oleh nasabah untuk dijual kembali. Selanjutnya kita juga jual di jamaah jelantah Jogja," ucapnya.

Salah satu siswa kelas 11, Muhammad Seto yang terlibat langsung dalam Bank Sampah itu menyampaikan bahwa dari kegiatan ini, dirinya dan teman-temannya semakin memahami urgensi menjaga kebersihan lingkungan, apalagi di tengah darurat sampah.

Ia menyampaikan kebiasaan setiap Jumat, kelas-kelas mengumpulkan sampah, memilah, dan menyetorkan ke Bank Sampah. Hasilnya terkadang bisa mencapai nilai jutaan rupiah dan semuanya terdata secara sistematis.

"Saya merasakan bahwa kedisiplinan dan kebersihan sangat penting apalagi Jogja lagi darurat sampah. Yang dipelajari di sini seperti pembuatan ekoenzim, pupuk tanaman, sabun dan pengolahan minyak jelantah," katanya.

Acara milad ini juga dihadiri Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY, Ahmad Bahiej. Ia menyampaikan apresiasi terhadap peluncuran Bank Sampah ini sebagai inovasi penting dalam dunia pendidikan Islam.

"Isu tentang pengelolaan sampah di Kota Yogyakarta itu adalah isu yang masih menjadi PR. Jadi ketika Man Negeri 2 Yogyakarta menetapkan menjadi salah satu pengelola sampah dengan dukungan dari siswa dan guru dan kanwil jelas mendukung," ungkap Bahiej.

Dia menyebut MAN 2 Yogyakarta telah menjadi role model bagi sekolah-sekolah lainnya untuk menerapkan pengolahan sampah serupa. Dengan sistem yang semakin matang, sinergi antara siswa, guru, dan masyarakat Bank Sampah di MAN 2 Yogyakarta diyakini mampu menjadi solusi nyata untuk mengatasi darurat sampah di Kota Yogyakarta.

"Betul, ini bisa menjadi role model terutama madrasah-madrasah yang berada di Kota Yogyakarta. Kemarin kita sudah tetapkan role model ini untuk pengelolaan sampah dari MAN ini untuk kita terapkan di madrasah-madrasah lain yang memiliki isu yang sama," ujarnya.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|