Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat inflasi inti Jepang meningkat pada bulan April menjadi 3,5%. Hal ini terjadi karena harga beras naik hampir dua kali lipat dari tahun ke tahun (yoy).
Data resmi dirilis Jumat (23/5/2025). Harga konsumen yang tidak termasuk makanan segar itu, naik dari 3,2% pada bulan sebelumnya.
Angka tersebut sedikit di atas perkiraan pasar. Kemungkinan ini akan memperkuat ekspektasi bahwa bank sentral, Bank of Japan (BoJ), akan menaikkan suku bunga.
Harga Beras Menggila
Data resmi yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan harga beras naik 98,4% dibandingkan dengan April 2024 setelah kenaikan 92,5% pada bulan Maret. Kenaikan harga telah mendorong pemerintah Jepang untuk melepaskan sebagian stok daruratnya ke pasar.
Faktor-faktor di balik kekurangan tersebut termasuk panen yang buruk karena cuaca panas pada tahun 2023. Panic buying yang dipicu oleh peringatan "gempa besar" tahun lalu juga jadi persoalan lain.
Jumlah wisatawan yang mencapai rekor juga disalahkan atas peningkatan konsumsi. Belum lagi, beberapa pedagang diyakini menimbun gandum.
Sementara itu, minggu ini menteri pertanian Jepang mengundurkan diri setelah kesalahannya tentang beras yang memicu kemarahan publik. Taku Eto mengatakan dalam sebuah pertemuan selama akhir pekan bahwa ia "tidak pernah membeli beras sendiri karena pendukung saya menyumbang begitu banyak kepada saya sehingga saya praktis dapat menjualnya".
Setelah pengunduran diri Eto, Perdana Menteri (PM) Shigeru Ishiba meminta maaf ke warga Jepang. Ini, tegasnya, adalah tanggung jawabnya karena menunjuk Eto sebagai menteri.
"Harga beras yang tetap tinggi bukanlah fenomena satu kali tetapi merupakan fenomena struktural, menurut saya. Kita harus melakukan diskusi menyeluruh tentang hal ini dan harganya (beras) harus turun, tentu saja," katanya.
Di sisi lain, analis seperti Marcel Thieliant di Capital Economics percaya harga beras mingguan bakal stabil. Menurutnya ada tanda-tanda stabilisasi sehingga inflasi beras akan mulai mereda lagi dalam waktu dekat.
Inflasi Utama
Inflasi utama naik 3,6% dari tahun lalu, stabil dari bulan sebelumnya. Angka ini bertahan di atas target BoJ sebesar 2% selama lebih dari tiga tahun.
Namun, ketidakpastian yang berasal dari kebijakan perdagangan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat khawatir. BoJ memperingatkan bahwa tarif memicu ketidakpastian ekonomi global dan merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonominya untuk Jepang.
(sef/sef)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Inflasi Inti Jepang Melonjak Jadi 3,5%, Tertinggi Sejak 2023
Next Article 'Kiamat' Beras Guncang Jepang, Harga Tembus Rp 2,8 Juta