BI Rate Turun Jadi Angin Segar Bagi Saham Bank, Ini Alasannya

3 months ago 35

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia terpantau cerah bergairah pada perdagangan sesi I Kamis (16/1/2025). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat di level 7.112 pada pukul 10.19 WIB. Pelaku pasar cenderung masih akan menimbang dampak dari dipangkasnya suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) kemarin.

Bahkan, pada pembukaan sesi I hari ini, IHSG dibuka melesat lebih dari 1%. Secara sektoral, sektor keuangan menjadi penopang terbesar IHSG di awal sesi I hari ini.

Analis Senior Investment Information Mireae Nafan Aji Gusta mengaku, kebijakan BI dalam menurunkan suku bunga BI pada awal tahun ini berada di luar perkiraan. Menurutnya, penurunan suku bunga acuan sebenarnya dapat dilakukan pada Desember 2024 lalu. Namun, Ia mengapresiasi upaya BI saat ini untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah.

"Memang sebenarnya keputusan BI menurunkan suku bunga acuan di Januari menurut hemat saya sangat tepat," ujarnya saat dihubungi oleh CNBC Indonesia, Kamis (16/1).

Nafan menjabarkan, kebijakan bank sentral Indonesia ini membawa angin segar bagi sektor perbankan. "Ini memang membuat kinerja saham perbankan ya alhamdulillah mengalami penguatan dan penguatannya masih berlanjut ya," sebutnya.

Namun, Ia mengingatkan, berlangsung lama atau tidaknya penguatan saham perbankan akan dipengaruhi oleh perilaku para investor untuk melakukan aksi profit taking. Apalagi saat ini dunia sedang menyoroti pelantikan presiden terpilih Donald Trump. Hal itu turut mempengaruhi saham-saham di sektor perbankan.

"Kita akan melihat bagaimana Trump effect berlangsung dan seberapa besar efeknya terhadap market," sebutnya.

Hal senada juga disampaikan oleh Associate Director Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nicodemus yang mengatakan sentimen terbesar saham bank melaju kencang karena imbas dari keputusan BI

"Penurunan tingkat suku bunga tentu akan mendorong peningkatan daya beli dan konsumsi, yang dimana ada potensi penyaluran kredit juga akan mengalami kenaikan," ucapnya.

Selain itu, imbas positif penurunan suku bunga acuan ini akan berdampak pada peningkatan daya beli dan konsumsi.

Namun, apakah penguatan bank akan berlangsung lama bergantung dengan situasi dan kondisi yang ada secara global. Apalagi, jika melihat secara global sentimen yang paling mempengaruhi dimana inflasi inti Amerika semalam mengalami penurunan, sehingga menjaga asa penurunan tingkat suku bunga The Fed.

"Hal ini yang semakin membuat saham saham perbankan mengalami kenaikan hari ini," pungkasnya.

Sebagai informasi, emiten perbankan raksasa kembali mendominasi penopang IHSG di sesi I, dengan saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menjadi yang paling besar yakni mencapai 31,9 indeks poin.

Selain BMRI, ada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebesar 17,6 indeks poin, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 6,6 indeks poin, dan saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 5,4 indeks poin.

Tak hanya saham bank raksasa, adapula saham PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) dan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang juga menopang IHSG masing-masing sebesar 4,6 dan 3,8 indeks poin.

IHSG bergairah setelah diturunkannya suku bunga acuan BI. BI menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% pada hari ini. Ini adalah penurunan suku bunga pertama di tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan ketika BI menurunkan BI Rate, ini sesuai denganstanceatau pandangan bank sentral 'prostabilityandprogrowth'. Ini pun sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Melihat dari momentumnya, BI menilai keputusan ini sudah sesuai dengan dinamika yang ada.

"Nah, waktunya tentu saja, sesuai dinamika yang terjadi di global dan internasional, Dan itu terus kami terus ulang-ulang dari bulan ke bulan," kata Perry, dalam paparan hasil RDG BI, Rabu (15/1/2025).

Perry pun mengatakan dinamika yang dipantau BI mencakup dinamika global dan dalam negeri. BI, katanya, sudah memperhatikan arah kejelasan kebijakan yang terutama ditempuh pemerintah AS dan Fed Fund Rate (FFR).

Perry mengatakan penurunan FFR pada tahun diyakini hanya sebanyak satu kali. Dari arah ini, BI bisa memperkirakan arah pergerakan dolar indeks (DXY).

"Bukan kami menunggu semuanya jelas tapi kan pengambilan keputusan harus menunggu kepastian, meski belum jelas-jelas banget," paparnya.

Kedua, dari sisi domestik, BI mencermati bahwa inflasi dalam negeri cukup rendah dan akan tetap rendah ke depannya. Dengan inflasi rendah, maka ruang penurunan suku bunga terbuka ke depannya.

Selain itu, BI yakin nilai tukar rupiah saat ini tetap stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya.

"Dan kami menakar nilai tukar itu sejalan dengan nilai fundamentalnya. Skenario nilai tukar sekarang dan ke depan konsistensi dengan pengendalian inflasi," ujar Perry.

Pertimbangan terakhir, kata Perry, adalah data survei ekonomi BI. BI melihat ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada tahun ini. Pelemahan ini telah muncul sejak kuartal IV-2024 yang diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan.

"(Pertumbuhan ekonomi) 2024 sedikit lebih rendah dari 5% tapi di atas 5 ,1%. Tahun 2025, yang titik tengahnya 5,2% itu lebih rendah jadi 4,7%-5,5%. Jadi ini timing untuk penurunan suku bunga untuk menciptakan growth story yang lebih baik," ungkapnya.


(fsd/fsd)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Mengejutkan! BI Pangkas Suku Bunga 25 Bps Jadi 5,75%

Next Article Situasi Mulai Berubah, BI Rate Saatnya Turun!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|