Jakarta, CNBC Indonesia - Investor kawakan asal Amerika Serikat (AS) Ray Dalio resmi ditunjuk menjadi dewan penasihat BPI Danantara. Sepak terjangnya di dunia keuangan global pun menjadi sorotan.
Pemerintah secara resmi mengumumkan struktur pengurus Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) Senin (24/3/2025). Ray Dalio menjadi salah satu dari beberapa tokoh internasional yang masuk menjadi dewan penasihat Danantara.
Sebelum pengumuman ini, Presiden Prabowo Subianto sempat meminta masukan dari milarder dan investor kawakan asal Amerika Serikat, Ray Dalio, untuk kemajuan ekonomi Indonesia. Hal ini diungkapkan Prabowo dalam pertemuan bersama menteri dan sejumlah pengusaha RI di Istana Merdeka, Jumat (7/3/2025).
"Saya rasa kami memang memerlukan nasihat-nasihat yang kritis ini saya rasa kuncinya untuk bisa bagaimana kemajuan di dunia ini bisa selalu kami cari dan di mana kami selalu memerlukan nasihat-nasihat kritis dan juga keberanian untuk belajar dari satu sama lain. Saya rasa inilah kuncinya," ungkap Prabowo.
Lantas, sepak terjang Ray Dalio? Berikut penjelasannya.
Profil Ray Dalio
Sejak 1985, pria kelahiran 8 Agustus 1949 ini merupakan investor dan pemilik perusahaan dana lindung nilai (Hedge Fund) Bridgewater Associates. Selama mengembangkan Bridgewater, Ray Dalio sangat memahami dinamika pasar global, khususnya terkait mata uang dan suku bunga.
Dengan pemahaman tersebut Ray Dalio bisa mempunyai strategi membawa perusahaannya mendulang keuntungan. Salah satunya terjadi saat gejolak pasar saham tahun 1987. Kala itu, Ray Dalio bisa membuat Bridgewater untung besar sebab sukses melakukan diversifikasi dan manajemen risiko.
Pemahaman pasar saham, mata uang, suku bunga, dan aspek makro ekonomi lain juga membuat Bridgewater jadihedge fund paling moncer di dunia.
Pada 2005, Bridgewater Associates sempat dinyatakan sebagai perusahaan hegde fund terbesar yang mencatatkan rekor hanya tiga kali menekan kerugian. Sisanya, selama kalender perdagangan 1991-2005, perusahaan selalu mencatatkan keuangan.
Bisa Memprediksi Kapan Negara Maju & Gagal
Sebagai investor yang paham seluk-beluk perekonomian global, Ray Dalio juga menuangkan gagasan dalam buku. Paling populer adalah The Changing World Order: Why Nations Succed and Fail (2021) yang berisi gagasannya soal memprediksi negara bisa berhasil dan gagal.
Sesuai namanya, buku tersebut berisi perjalanan negara menuju keberhasilan hingga kegagalan yang bisa memberi pelajaran setiap pemerintah agar tak mengulangi kesalahan serupa. Ray Dalio menyebut suatu negara di seluruh dunia akan mengalami pertumbuhan dan kemunduran dengan mengacu pada perjalanan Inggris, Belanda, dan China.
Dia menyebut ada lima siklus, yakni kebangkitan, keemasan, puncak, krisis dan terakhir kolaps.
Jika dideskripsikan, maka suatu negara semua hanya negara kecil, lalu perlahan bangkit menjadi negara kuat. Pada titik ini, negara tersebut akan melakukan eksploitasi kepada negara lemah yang dibarengi kekacauan situasi dalam negeri, seperti kesenjangan sosial, kemiskinan, hingga pengangguran.
Lalu, setelah mencapai puncak kekuatan, suatu negara akan menghadapi kekacauan. Biasanya negara tersebut akan punya banyak uang, lemahnya mata uang, hingga perpecahan internal yang disebabkan oleh situasi politik.
Dari pola-pola tersebut, Ray Dalio mengajak banyak negara untuk bisa mendeteksi situasi global dan dalam negeri guna mengetahui kondisi negara: apakah bisa bertahan atau menuju kehancuran.
Pada titik ini, dalam bukunya dia menyarankan agar suatu negara melakukan hal-hal sebagai berikut agar terhindari kebangkrutan, antara lain: 1) menjaga keseimbangan antara uang dan pertumbuhan ekonomi, 2) memastikan stabilitas politik dan sosial, 3) menjaga pengelolaan utang, dan 4) tidak mencetak uang secara berlebihan.
Singkatnya, Ray Dalio berargumen bahwa negara bangkrut bukan terjadi tiba-tiba. Tapi, sudah ada pola yang bisa dihindari. Bahkan tetap berada di masa keemasan.
Secara pribadi, kesuksesannya menjadi investor membuat Ray Dalio punya harta banyak. Forbes(2025) mencatat Ray Dalio punya harta US$14 miliar atau sekitar Rp228 Triliun dan menjadikannya sebagai orang terkaya ke-163 di dunia.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Banyak WNA di Struktur BPI Danantara, Ini Alasannya!
Next Article Superholding BUMN Bakal Mirip Temasek, Ini Profilnya