Harianjogja.com, JAKARTA—Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sistem sensor tsunami gauge bekerja cepat merekam kenaikan muka laut hanya beberapa menit setelah gempa tektonik magnitude 7,4 di Laut Filipina, Jumat (10/10/2025). Gelombang tertinggi terpantau 17 sentimeter di Essang, Sulawesi Utara.
Direktur Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta menjelaskan bahwa jaringan sensor tsunami gauge segera merekam perubahan muka laut hanya beberapa menit setelah gempa terjadi pukul 08.43 WIB.
Dalam waktu kurang dari 30 menit, kata dia, alat ukur di Essang, Beo, Melonguane, Ganalo, Sangihe Sulawesi Utara, hingga Morotai dan Halmahera Barat di Maluku Utara berhasil mencatat anomali tinggi muka air laut dengan cepat dan akurat.
Data BMKG menunjukkan gelombang laut tertinggi mencapai 17 centimeter di Essang, Talaud, sedangkan di lokasi lain tercatat antara 5–11 sentimeter.
“Ini termasuk kategori tsunami minor, namun sistem berhasil mengonfirmasi adanya kenaikan permukaan air laut yang relevan dengan hasil pemodelan,” ujarnya.
Keberhasilan sistem deteksi dini ini menunjukkan kesiapan infrastruktur observasi Indonesia dalam merespons ancaman tsunami di wilayah perbatasan laut utara.
Selain itu, dia menyebut koordinasi antara BMKG, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan pemerintah daerah melalui BPBD juga berlangsung cepat, sehingga informasi dapat segera diteruskan ke masyarakat.
Sebelumnya, gempa berkekuatan 7,4 magnitudo terjadi pada pukul 08.43.58 WIB dengan episenter di koordinat 7,23° Lintang Utara dan 126,83° Bujur Timur atau sekitar 275 kilometer arah barat laut Pulau Karatung, Sulawesi Utara, dengan kedalaman 58 kilometer.
Berdasarkan hasil analisis mekanisme sumber, gempa tersebut dipicu oleh aktivitas patahan naik di zona subduksi Laut Filipina. BMKG menyatakan gempa ini berpotensi tsunami dengan status Waspada bagi wilayah pesisir Kepulauan Talaud, Kota Bitung, Minahasa Utara bagian selatan, Minahasa bagian selatan, dan Supiori di Papua.
BMKG mengimbau masyarakat di wilayah pesisir untuk tetap waspada, namun tidak panik, serta terus mengikuti informasi resmi pemerintah dan otoritas di daerah setempat hingga peringatan potensi tsunami dinyatakan berakhir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara