Boediono Buka Rahasia Kejayaan RI, Ekonomi Tumbuh di Atas 6%

2 months ago 26

Jakarta, CNBC Indonesia- Wakil Presiden Indonesia ke-11 periode 2009-2014, Boediono buka-bukaan Indonesia pernah berhasil mencetak pertumbuhan ekonomi hingga berkisar 6% - 7% pada periode 1970-an hingga 1990-an atau dalam dua dekade.

"Indonesia mengalami kemajuan sosial dan ekonomi yang luar biasa. Pada periode ini, politik dan teknokrasi bersatu untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi pembuatan kebijakan yang baik, membuat ekonomi Indonesia tumbuh rata-rata tahunan 6%-7%," kata Boediono dalam acara Indonesia Economic Summit (IES) 2025 yang diselenggarakan oleh Indonesia Business Council (IBC) di Hotel Shangri-La, Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Boediono mengatakan Indonesia berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi 6%-7% pada 1970-1990, ditopang oleh tumbuhnya sektor pertanian sekitar 4% dan sektor industri sebesar 10%.

Bahkan dalam periode tersebut, tepatnya pada 1984, Indonesia berhasil mencapai swasemada beras. Sayangnya, swasembada beras tidak dapat bertahan cukup lama. Setelah 1990-an, swasembada beras pun mulai berkurang drastis.

Tak hanya swasembada beras, Indonesia juga berhasil membukukan torehan beberapa indikator yakni kemiskinan, koefisien gini (gini ratio), akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan.

Bahkan, stabilitas ekonomi secara keseluruhan sebagian besar tetap terjaga pada periode tersebut, hingga terjadinya krisis keuangan Asia pada 1997, ketika ekonomi kita mulai tidak terkendali atau selama beberapa tahun setelahnya.

Boediono juga menjelaskan bahwa saat itu, Indonesia telah diakui oleh banyak lembaga internasional, di mana salah satunya yakni Bank Dunia (World Bank).

"Periode saat itu adalah periode yang mengesankan dalam sejarah ekonomi Indonesia. Tidak mengherankan jika lembaga internasional seperti Bank Dunia memuji pelaksanaan kebijakan pembangunan negara serta manajemen ekonomi makronya sebagai contoh yang baik,"

Namun, kondisi Indonesia sekarang cenderung berbalik arah pada periode 1970-1990. Banyak indikator di mana salah satunya yakni kesejahteraan masyarakat mulai berkurang.

Oleh karena itu, Boediono memberikan beberapa saran kepada pemerintah RI agar Indonesia dapat merasakan kembali kejayaannya seperti pada periode 1970-1990.

Pertama, hasil kebijakan yang bermanfaat hanya dapat terwujud jika teknokrasi dan politik dapat dipadukan. Para teknokrat menyusun gagasan dan konsep kebijakan yang bermutu tinggi dan para politisi memberikan restu dan dukungan untuk penerapannya yang cepat.

Kedua, pembangunan adalah proses jangka panjang. Tidak ada jalan pintas untuk mencapainya. Untuk mencapainya, Indonesia harus melakukan serangkaian langkah yang sistematis.

Untuk itu, diperlukan rencana operasional yang baik untuk menegakkan disiplin koordinasi lintas lembaga dan lintas kurun waktu.

Ketiga, secara bersamaan, kondisi stabilitas ekonomi dan keuangan harus tetap terjaga. Di sini, kebijaksanaan lama tetap berlaku.

Kebijakan fiskal dan moneter perlu dijaga dengan hati-hati setiap saat. Pastikan eksposur risiko pelaku di luar sektor pemerintah tetap dalam batas aman. Selain itu, perkembangan di sektor riil, terutama tingkat pengangguran dan inflasi pangan, juga harus dipantau secara ketat dan dijaga dalam batas aman.

Keempat, Indonesia perlu membangun sistem operasional yang dapat secara efektif menangkap keuntungan tak terduga dari lonjakan harga komoditas saat terjadi dan kemudian menyalurkannya ke proyek dan program yang memiliki nilai nasional tertinggi.

Setelah memberikan beberapa saran, Boediono pun menutup pidatonya dengan mengatakan bahwa sejarah memiliki hal yang dapat diajarkan kepada pihak yang mau belajar dari sejarah tersebut.

"Sejarah selalu memiliki sesuatu untuk diajarkan kepada mereka yang mau belajar darinya," tutup Boediono.


(chd/mij)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Airlangga: PDB RI 2024 Tumbuh Solid Dibanding Singapura Cs

Next Article Wapres Ingin Zakat-Sedekah Jadi Sumber Dana Pembangunan

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|