Jakarta, CNBC Indonesia - Krisis industri di zona euro (Uni Eropa) masih jauh dari selesai. Produksi industri di 20 negara yang menggunakan mata uang euro itu mengalami kontraksi lebih dalam dari yang diperkirakan pada Desember 2024, mengindikasikan bahwa resesi dua tahun sektor manufaktur masih berlanjut.
Data terbaru dari Eurostat pada Kamis (13/2/2025) menunjukkan bahwa output industri mengalami penurunan 1,1% dibanding bulan sebelumnya, jauh lebih buruk dari ekspektasi pasar yang memperkirakan hanya turun 0,6%. Salah satu penyebab utama pelemahan ini adalah kontraksi tajam di Jerman (-2,9%) dan Italia (-3,1%), dua negara dengan industri manufaktur terbesar di kawasan tersebut.
Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi industri turun 2,0%, dengan penurunan paling tajam terjadi pada produksi barang modal, yang anjlok hingga 8,0%.
Meskipun beberapa indikator sentimen menunjukkan adanya stabilisasi, tantangan besar masih membayangi sektor industri di kawasan ini. Tarif baru Amerika Serikat terhadap baja dan aluminium, serta potensi hambatan perdagangan lainnya, diperkirakan akan semakin memberatkan industri manufaktur di Eropa.
Nasib Jerman dan Italia
Jerman dan Italia, dua negara yang secara tradisional menjadi pilar industri zona euro, mencatat penurunan produksi terbesar pada Desember.
Jerman, sebagai pusat industri terbesar di Eropa, mengalami kontraksi sebesar 2,9%, sementara Italia turun lebih dalam, yaitu 3,1%.
Penurunan ini menunjukkan bahwa sektor industri di kedua negara ini masih mengalami tekanan berat akibat berbagai faktor, termasuk biaya energi yang tinggi, lemahnya permintaan dari China, serta meningkatnya persaingan global.
Selain itu, industri otomotif, yang selama ini menjadi tulang punggung manufaktur Jerman, juga menghadapi tantangan besar karena model kendaraan yang mulai ketinggalan zaman serta transisi lambat ke kendaraan listrik.
Perang Dagang AS
Salah satu faktor eksternal yang diperkirakan akan semakin memperberat kondisi industri di zona euro adalah tarif baru yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap baja dan aluminium.
Selain itu, tarif terhadap produk China juga dapat berdampak negatif bagi industri Eropa. Banyak ekonom khawatir bahwa produk-produk China yang terkena tarif di AS akan mencari pasar alternatif, termasuk Eropa, yang berpotensi menekan industri lokal dan memperburuk kelebihan pasokan di pasar.
Di tengah kondisi ini, beberapa sektor mengalami pelemahan signifikan pada Desember. Produksi barang modal (capital goods) turun 2,6%, sementara barang setengah jadi (intermediate goods) merosot 1,9%. Namun, output barang konsumsi meningkat tajam, menjadi satu-satunya sektor yang mencatat pertumbuhan.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Jurus Pemerintah Capai Target Realisasi Investasi di 2025
Next Article Industri di RI Babak Belur Era Jokowi, Kerja Pak Prabowo Berat!