Bos Badan Gizi Buka Suara Menu MBG Ada Ulat dan Bikin Keracunan

9 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana telah memberikan penjelasan ihwal berbagai masalah program makan bergizi gratis (MBG) yang muncul akhir-akhir ini di sejumlah wilayah.

Misalnya, soal adanya sejumlah siswa yang keracunan usai melahap makanan dari program MBG. Menurut Dadan, kasus keracunan itu terjadi akibat Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) belum terbiasa memasak makanan dalam jumlah banyak.

"Itu memang hal-hal yang teknis, yang ini harus dimaklumi," kata Dadan dalam acara Agrinnovation Conference dan Rakernas Pemuda Tani di JCC Senayan, dikutip dari detikcom, Sabtu (22/2/2025).

Dadan menceritakan, saat melakukan uji coba pelaksanaan MBG, ia sempat menemukan banyak ibu-ibu yang menjadi bagian dari SPPG belum terbiasa memasak untuk 1.000-3.000 orang lebih, karena kemampuan memasak hariannya selama ini hanya untuk kisaran 5 orang.

"Butuh waktu tiga bulan sampai dia betul-betul bisa dengan kematangan yang benar, dengan rasa yang pas, karena itu tidak mudah," ucap Dadan.

Menurutnya, permasalahan ini juga ditemui untuk catering yang tergabung ke dalam SPPG sebagai pelaksana program MBG. Sebab, mayoritas dari mereka juga banyak yang kewalahan untuk memasak hingga 3.000 orang, termasuk urusan kebersihan seperti membersihkan ompreng atau wadah makan MBG.

"Contoh, ada catering yang sudah biasa melakukan melayani 3.000. Begitu ikut program MBG, kewalahan di dalam mencuci ompreng," ucap Dadan.

"Karena mereka tidak pernah mencuci ompreng, jadi mereka akhirnya mencuci sampai 14 jam. Kami yang sudah pengalaman, tahu tips and tricks-nya. Sehingga mereka yang sudah biasa di catering pun, harus kita kasih tahu bahwa mencuci omprengnya seperti itu," tegasnya.

MBG Berisi Belatung

Sementara itu, terkait kasus adanya ulat atau belatung di menu MBG, menurut Dadan sulit dibenarkan.

"Kemarin ada misalnya kasus belatung di Palembang. Saya ahli entomologi, paham betul. Tidak mungkin belatung hidup di luar omprengnya," tutur Dadan.

Meski begitu, ia memastikan, BGN akan memerintahkan setiap SPPG untuk meningkatkan SOP pengawasan MBG. Misalnya, setiap kali makanan akan dikirim ke sekolah-sekolah harus diawali dengan dokumentasi berupa foto atau video.

"Sekarang ditambah lagi SOP-nya. Setiap kali mau mengirim makanan, divideokan semuanya, foto semuanya. Karena kok tiba-tiba begitu sampai di sekolah, kenapa ada ompreng yang ada belatungnya," ungkapnya.

"Itu hal yang tidak normal yang sudah mulai terjadi. Itu meningkatkan SOP kami setiap hari, dan kami selalu pagi hari melakukan pelayanan, sorenya langsung rapat bersama seluruh Indonesia. Jadi ini program yang sangat terkontrol," tegas Dadan.

Ia pun memastikan, BGN selalu memeriksa sampel makanan di setiap SPPG supaya memastikan tak adanya hewan seperti belatung atau ulat di makanan.

"Kami punya sampel makanan setiap kali kami kirim, kami kan punya sampelnya di Satuan Pelayanan. Itu tidak ada belatungnya, kenapa? Karena bersih. Kalaupun ada belatung, pasti mati harusnya," tutur Dadan.

Di samping itu, Dadan mengakui program MBG memang harus terus-menerus dievaluasi oleh pemerintah supaya bisa berjalan dengan baik. Ia lalu menyebut setiap kali ada kejadian berkaitan dengan MBG maka pihaknya langsung berupaya mencarikan solusi.

"Jadi banyak dievaluasi, dan kami selalu evaluasi setiap hari. Setiap kali ada kejadian, kami langsung ngobrolkan di sore harinya, dan langsung diperbaiki," paparnya.


(fab/fab)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Hashim Sebut Anggaran MBG Ditambah, Ekonomi RI Tumbuh 1,95%

Next Article Tegas! Prabowo Minta Menteri yang Tolak MBG Mundur, Ini Alasannya

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|