Bos Badan Gizi Nasional Soroti Sederet Tantangan Swasembada Pangan

1 month ago 24

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengatakan, program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan bentuk implementasi investasi sumber daya manusia (SDM) Indonesia secara besar-besaran. Hal itu, ujarnya, demi pembangunan SDM RI yang berkualitas.

Tak hanya itu, Dadan juga berharap, dengan adanya program MBG, swasembada pangan dimulai dari desa, pembangunan dari desa. Dan, kebutuhan pangan yang dipasok dari produksi dalam negeri.

Hanya saja, dia mengakui, ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi. 

"Tantangan terbesar untuk Indonesia, pertama, pertumbuhan penduduk. Tetapi di sisi lain, lahan kita bukan bertambah tapi menyusut. Seharusnya kan tambah orang, tambah lahan. Jadi ini tantangan yang besar sekali," katanya dalam Food Summit 2025 di Jakarta, Rabu (19/3/2025). 

Kedua, lanjutnya, terkait produktivitas lahan yang belum meningkat. Dalam hal ini, indeks pertanaman yang belum meningkat. Hal ini menjadi masalah karena jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah setiap 6 menit.

"Tantangan lainnya, pertumbuhan penduduk bersumber dari golongan mana? Ada angka statistik anggota rumah tangga, mulai dari miskin, rentan miskin, menuju kelas menengah, kelas menengah, dan kelas atas. Kelas atas itu anggota rumah tangganya 2,8. Jadi kalau ada 1 ibu 1 bapak, anaknya rata-rata 0,8. Jadi kalau ada 100 keluarga kelas atas, maka 84 keluarga anaknya 1, 16 keluarga anaknya 0," paparnya.

"In the future pertumbuhan penduduk di Indonesia bukan dari kelas atas, karena 1 ibu tidak digantikan oleh 1 anak, 1 ayah tidak digantikan oleh 1 anak. Ibu dan bapak digantikan oleh 0,8 anak. Anaknya 1, ada 16 keluarga 0 anaknya. Kelas menengah juga begitu. Hanya jumlahnya itu 3,1. Artinya anak itu rata-rata, kalau ada 100 keluarga kelas menengah, maka 12 keluarga anaknya 2, dan 88 keluarga anaknya 1. Ini pun akan menurun. Jadi 1 ibu akan digantikan 1 anak dan 1 ayah tidak digantikan 1 anak," terang Dadan.

Di sisi lain, imbuh dia, yang tantangan terbesar adalah bukan penyaluran, melainkan pemenuhan rantai pasok. Di mana, menurut Dadan, dibutuhkan 300 kg beras setiap harinya, 300 kg sayur, 300 kg telur, dan juga susu. 

Belum lagi, sebutnya, mengenai bahan pangan yang akan jadi menu Makan Bergizi Gratis. Seperti diketahui, Indonesia masih mengimpor sekitar 90% kebutuhan susu dalam negeri. 

"Jadi, kalau (susu) diwajibkan, nanti impornya besar. Jadi yang diimpor itu sapinya supaya swasembada," sebutnya.

"Untuk saat ini belum ada isu soal rantai pasok. Satuan pelayanan akan mencari yang memasok. Pertumbuhan satuan pelayanan lebih cepat dari menanam padi. Kalau tidak dipersiapkan dari sekarang, suatu waktu kita kekurangan suplai. Khawatirnya nanti ada impor," kata Dadan. 


(dce/dce)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Zulhas & Arah Kedaulatan Pangan RI Setelah 28 Tahun Reformasi

Next Article Prabowo Turun Gunung Perdana, Pantau Langsung Swasembada Pangan!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|