Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) buka-bukaan soal fokus usaha perseroan ke depan. Setidaknya ada tiga bisnis, baik utama maupun penunjang yang akan jadi prioritas perseroan di masa yang akan datang.
Berdasarkan keterbukaan informasinya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (14/1/2025), bisnis utama BUKA ke depan adalah portal web dan/ atau platform digital. Sementara dua bisnis penunjang Bukalapak.com adalah aktivitas perusahaan holding dan aktivitas konsultasi manajemen.
"Ke depannya, BUKA akan terus mengembangkan core business-nya, dan e-commerce masih merupakan bagian dari bisnis BUKA. Marketplace adalah salah satu cakupan dari kegiatan usaha utama, dan penghentian layanan produk fisik serta penajaman fokus usaha tidak mengubah model bisnis dan kegiatan usaha Perseroan pada anggaran dasar dan selaras dengan tujuan Perseroan yang diungkapkan dalam prospektus saat penawaran umum perdana," ujar manajemen.
Adapun, segmentasi bisnis BUKA saat ini 40-50% merupakan online to offline (O2O), yakni Platform yang dirancang BUKA untuk membantu UMKM, seperti warung, untuk mengembangkan bisnis dengan menyediakan layanan digital untuk end customer ("B2B2C"). Sementara 40-60% adalah marketplace, yaitu Layanan digital, retail dan marketplace yang terdiri dari beberapa platform dan brand yang ditawarkan langsung kepada end customer ("C2C dan B2C").
Pihaknya mengaku sudah mengumumkan perubahan bisnis pada akhir Oktober 2024. PT BUKALAPAK COM Tbk (BUKA) mengumumkan kepada masyarakat terkait rencana perubahan strategi usaha jangka panjangnya untuk mencapai profitabilitas dan pertumbuhan yang berkelanjutan.
"Hal ini karena adanya perubahan yang substansial pada pasar dimana BUKA beroperasi serta dinamika persaingan. BUKA telah melakukan peninjauan kembali terhadap prospek sejumlah segmen usaha Perseroan, dan memutuskan bahwa BUKA perlu melakukan restrukturisasi usaha untuk mencapai tujuan jangka panjang tersebut," lanjut manajemen.
Sebagai bagian dari strategi tersebut, BUKA akan fokus menjalankan dan mengembangkan segmen usaha inti dengan organisasi yang lebih ramping dan efisien agar dapat menciptakan nilai di seluruh segmen usaha yang tersisa bagi para pemangku kepentingan BUKA, terutama pemegang saham BUKA.
Perubahan dilakukan secara bertahap, termasuk salah satunya penghentian operasional penjualan produk fisik pada aplikasi dan situs web Bukalapak. Meskipun kami telah melakukan berbagai upaya terbaik namun lini bisnis produk fisik pada aplikasi dan situs web Bukalapak terus menunjukkan penurunan kontribusi pendapatan dan pertumbuhan selama tiga tahun terakhir yang diakibatkan oleh perubahan dinamika pasar dan tantangan industri.
Di lain sisi, biaya operasional untuk lini bisnis tersebut terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Untuk selanjutnya, aplikasi dan situs web Bukalapak tetap akan beroperasi untuk penjualan produk virtual yang telah memberikan dampak kontribusi yang lebih baik terhadap laporan keuangan Perseroan dan juga potensi pertumbuhan yang menjanjikan kepada seluruh stakeholders Perseroan.
Sebelumnya BUKA juga memperbarui laporan penggunaan dana hasil penawaran umum alias Initial Public Offeringnya (IPO). Kini, BUKA menyisakan Rp9,33 triliun dari sisa dana hasil IPO-nya. Angka yang dihimpun dari laporan per Desember 2024 ini telah berkurang sekitar Rp500 miliar dari laporan realisasi penggunaan dana IPO per Juni 2024.
Melansir laporan Realisasi Penggunaan Dana Hasil Penawaran Umum Saham Perdana, BUKA tercatat telah menggunakan Rp11,99 triliun dari total Rp21,9 triliun dana IPO yang dihimpun.
Hingga 30 Desember 2024, BUKA telah menggunakan dana hasil IPO total sebesar Rp11,99 triliun. Dana segar tersebut pun telah diperuntukkan ke tujuh pos pengeluaran. Rinciannya, sebesar Rp6,9 triliun digunakan sebagai modal kerja perusahaan, dari total rencana penggunaan sebesar Rp8,5 triliun.
Sementara itu, sebesar Rp1,14 triliun dialokasikan untuk modal kerja entitas anak PT Buka Mitra Indonesia, Rp16,9 miliar untuk PT Buka Usaha Indonesia, dan Rp35,6 miliar untuk PT Buka Pengadaan Indonesia. Selain itu, Rp1,05 miliar dimanfaatkan oleh Bukalapak Pte. Ltd., serta Rp1,25 miliar untuk PT Five Jack.
Selain modal kerja, dana IPO senilai Rp3,89 triliun juga digunakan untuk pertumbuhan atau pengembangan usaha perseroan dan entitas anak lainnya.
Di sisi lain, BUKA terpantau belum menggelontorkan dana hasil IPO-nya untuk Modal kerja entitas anak PT Buka Investasi Bersama. Padahal, dalam rencana penggunaan dana IPO, tertulis pos tersebut direncanakan menggunakan dana sebesar Rp106.62 miliar.
Seperti diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) juga telah meminta penjelasan PT Bukalapak Tbk (BUKA) setelah perusahaan tersebut berencana untuk menutup penjualan produk fisik di marketplace. Salah satu poin yang dicecar bursa adalah penggunaan dana hasil Initial Public Offering (IPO).
Pasalnya, sejak resmi melantai di bursa pada 6 Agustus 2021, BUKA masih mencatatkan sisa dana hasil penawaran umum sebesar Rp9,82 triliun per Juni 2024.
Atas hal ini, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Gede Nyoman Yetna mengatakan pihaknya sudah melakukan perintah penjelasan emiten kepada BEI dan juga melakukan hearing. BEI juga telah melakukan penelaahan terhadap laporan keuangan perseroan.
"Dan kita juga tanyakan mengenai relevansi dana (IPO) yang dihimpun, karena tujuannya kan ada untuk pengembangan e-commerce," ungkap Nyoman kepada wartawan, Kamis, (9/1/2025).
Nyoman menegaskan, pihak Bukalapak telah menjelaskan bahwa Bukalapak tidak menutup semua bisnis e-commerce, melainkan hanya penjualan online produk fisik.
(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Siap-Siap! Aturan IPO & Listing di BEI Bakal Diperketat!
Next Article Teddy Oetomo Mundur dari Kursi Direktur Bukalapak (BUKA)