Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Wall Street sedikit mengalami perubahan pada Selasa (04/02/2025) karena berupaya menemukan pijakan yang stabil setelah perkembangan terbaru di sektor perdagangan global.
Dilansir dari CNBC International, Indeks Dow Jones Industrial Average diperdagangkan turun 58 poin, atau 0,1%. S&P 500 berada sedikit di atas level netral, sementara Nasdaq Composite naik 0,3% berkat lonjakan saham Palantir. Saham Palantir melonjak 23% setelah laporan keuangan kuartal keempatnya melampaui ekspektasi analis. Saham tersebut menuju hari perdagangan terbaiknya dalam hampir satu tahun.
Pemerintah China mengenakan tarif hingga 15% pada impor batu bara dan gas alam cair (LNG) dari AS, serta menaikkan bea masuk sebesar 10% pada minyak mentah, peralatan pertanian, dan mobil tertentu, yang akan berlaku mulai 10 Februari.
Langkah ini diambil setelah AS setuju untuk menunda penerapan tarif yang lebih agresif terhadap Kanada dan Meksiko. Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengumumkan melalui unggahan di media sosial X pada Senin malam bahwa Trump telah setuju untuk menunda penerapan tarif terhadap Kanada setidaknya selama 30 hari. Sebelumnya pada hari Senin, Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum juga mengumumkan bahwa tarif atas impor Meksiko ke AS akan dihentikan sementara selama satu bulan.
Pasar saham baru saja mengalami sesi perdagangan yang bergejolak, di mana indeks utama mengalami pembalikan tajam setelah aksi jual global di awal sesi. Pada titik terendahnya pada hari Senin, indeks Dow Jones yang terdiri dari 30 saham utama turun lebih dari 600 poin, atau hampir 1,5%, setelah Trump menandatangani perintah untuk mengenakan tarif 25% terhadap Meksiko dan Kanada, serta bea 10% terhadap China. Namun, sentimen investor berubah pada Senin sore setelah Trump mengumumkan bahwa tarif atas barang-barang Meksiko akan ditunda.
Pada akhirnya, indeks utama mengakhiri sesi perdagangan Senin dengan kerugian meskipun sempat pulih dari level terendah harian. Indeks Dow Jones turun 0,28%, sementara S&P 500 melemah 0,76%. Indeks Nasdaq Composite jatuh 1,2%.
"Kita berada dalam pasar bullish yang didorong oleh konsumen AS yang kuat dan meningkatnya profitabilitas perusahaan. Sampai ada sesuatu yang mengganggu narasi ini, saya percaya bahwa setiap penurunan pasar masih bisa menjadi peluang beli," kata Ross Mayfield, ahli strategi investasi di Baird. "Investor harus bersiap menghadapi lebih banyak volatilitas pasar terkait ketidakpastian perdagangan, tetapi secara keseluruhan, kondisi investasi masih cukup solid."
Mayfield berpendapat bahwa tarif terhadap China kemungkinan akan tetap diberlakukan seperti yang terjadi selama pemerintahan Trump pertama. Namun, kali ini Gedung Putih melihat kebijakan perdagangan sebagai alat untuk mendapatkan konsesi di luar bidang perdagangan.
Dari sisi ekonomi, laporan Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) untuk bulan Desember akan dirilis pada hari Selasa, bersama dengan data pesanan barang tahan lama. Acara utama pekan ini adalah laporan nonfarm payrolls untuk Januari yang akan dirilis pada hari Jumat, yang akan memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ketenagakerjaan di AS.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(rev/rev)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Trump Resmi Jadi Presiden AS Lagi, Ini Dampaknya ke Market
Next Article Investor Khawatir Masa Depan Ekonomi AS, Wall Street Ambruk Berjamaah