Seorang mahasiswa menempelkan sampah plastik pada baliho saat kampanye darurat sampah di pelataran Eks MTQ Kendari, Sulawesi Tenggara, Ahad (21/9/2025). Dalam kampanyenya mahasiswa dan pemerhati lingkungan di wilayah itu, menyuarakan pesan mengenai kondisi darurat sampah dengan tujuan menggerakkan masyarakat dan pemangku kepentingan menemukan solusi jangka panjang secara bersama-sama pada momen World Clean Up Day 2025.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menilai, keputusan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) berinvestasi dalam konversi sampah menjadi energi atau Waste to Energy (WTE) berkontribusi dalam mengatasi isu sampah.
“Dalam Waste to Energy perlu dipikirkan sisi dari mulai pengolahan sampah tersebut hingga jadi energi, lalu siapa yang berminat untuk membelinya, mengambilnya. Dari hulu ke hilir, inilah yang memerlukan biaya besar,” ujar Fabby dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.
Fabby menyebut ada dua aspek yang menjadi kendala soal sampah, yakni keterbatasan ketersediaan lahan pembuangan dan dampak buruk terhadap kesehatan.
Oleh sebab itu, inovasi pengolahan sampah menjadi sumber energi dianggap sebagai keputusan yang tepat dan berdampak baik.
Fabby menuturkan rencana kebijakan pemerintah saat ini dengan menggerakkan Danantara Indonesia untuk menstimulus pembiayaan Waste to Energy dapat membuat pengawasan terhadap pelaksanaan program ini menjadi lebih sistematis dan bisa dipertanggungjawabkan.
“Sedangkan prospek penerapan pengolahan sampah jadi sumber energi di kota-kota di Indonesia rasanya cukup potensial dan siap melaksanakannya,” kata Fabby.
sumber : Antara