China Minat Garap Proyek Pengganti LPG RI

4 hours ago 1

Bandung, CNBC Indonesia - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) membeberkan bahwa sedang menjajaji calon investor untuk menggarap proyek pengganti liquefied petroleum gas (LPG) yakni Dimethyl Ether (DME). Salah satu investor tersebut berasal dari China.

Corporate Communication & Government Relations Department Head PTBA Dinna Permana Setyani mengatakan calon investor yang saat ini paling aktif terlibat dalam proses kajian berasal dari China. Hal itu pasca perusahaan petrokimia asal Amerika Serikat (AS) yani Air Products hengkang dari rencana kerja sama awal.

"So far sih China ya. Kalau Air Products kan udah lama. So far sih China ya," ungkapnya dalam acara Media Gathering PTBA, di Bandung, dikutip Senin (27/10/2025).

Saat ini, pihaknya masih menunggu kepastian kerja sama dari investor yang dimaksud. Meski begitu, Dinna memastikan bahwa proyek tersebut tetap berjalan dan menjadi perhatian utama perusahaan.

Menurutnya, kajian terus dilakukan untuk menyesuaikan kondisi terkini, termasuk faktor harga batu bara dan kebutuhan energi nasional.

"Saat ini kita masih menunggu kajian semua. Kajiannya sih yang kemarin itu kan, karena masih banyak variannya. Pastinya kan dengan harga batu bara yang seperti sekarang, masih kita lihat juga," jelasnya.

Sayangnya, nilai investasi dan rencana terbaru untuk proyek pengganti LPG tersebut masih dalam perhitungan. Namun yang pasti, proyek DME itu sendiri bisa mengurangi ketergantungan pada impor LPG dengan mengubah batu bara menjadi bahan bakar alternatif.

"Untuk saat ini tuh kita masih menunggu. Kita masih juga mencari juga untuk yang DME. Kami masih mencari penghitungannya, investornya dan sebagainya. Jadi masih dalam proses sih semuanya," tandasnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia selaku Ketua Satuan Tugas (Satgas) Hilirisasi tengah meninjau ulang prospek proyek DME dengan mempertimbangkan beberapa proposal baru yang masuk dari calon investor.

"Pak Menteri kemarin sebagai Ketua Satgas Hilirisasi, mencoba untuk prospek DME ini dengan beberapa proposal yang ada. Ada satu atau dua yang menunjukkan IRR-nya positif, cukup lumayan, cukup kompetitif," kata Tri dalam acara Energy Corner CNBC Indonesia Special Road to Hari Tambang dan Energi 2025, dikutip Rabu (22/10/2025).

Tri membeberkan kerja sama antara PTBA dan Air Products sejatinya sempat memasuki tahap penjajakan dan perencanaan awal. Dalam proyek ini, PTBA akan menyediakan batu bara, Air Products bertanggung jawab pada proses pengolahan menjadi DME, sedangkan Pertamina akan menjadi pembeli produk.

Namun, perbedaan penetapan harga menjadi ganjalan untuk proyek ini berjalan. Adapun, Air Products maupun Pertamina sama-sama menetapkan harga yang membuat sisi pertambangan tidak ekonomis.

Tri menilai, sejak awal gelagat permasalahan proyek DME sudah mulai nampak. Menurutnya, nilai dalam proyek itu terus mengalami perubahan, namun pihak perusahaan berupaya untuk menetapkan harga tetap.

Sementara, ketika kondisi keekonomian berubah, harga batu bara justru diminta untuk ditekan terlalu rendah, sehingga proyek menjadi tidak lagi layak secara ekonomi.

"Nah, tetapi kemudian kita coba, Pak Menteri kemarin sebagai Ketua Satgas Hilirisasi, mencoba untuk prospek DME ini dengan beberapa proposal yang ada. Ada satu atau dua yang menunjukkan IRR-nya positif, cukup lumayan, cukup kompetitif," ujarnya.

Ia pun berharap ke depan proyek tersebut dapat bisa ditindaklanjuti kembali. Mengingat, tahap awal yang dilakukan baru sebatas pengajuan proposal, sehingga masih perlu dilakukan pendalaman melalui studi kelayakan.

"Kemudian barulah kita tahu bahwa proyek itu feasible. Kira-kira seperti itu. Jalannya apakah masih panjang atau tidak, depend tergantung nanti seperti apa ininya, kecepatannya," ujar Tri.


(pgr/pgr)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Tak Cuma Pengganti LPG, Hilirisasi Batu Bara Bisa Hasilkan Produk Ini

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|