Dari Tarif Tol-Tiket Pesawat Didiskon, Pengusaha Hotel Respons Begini

1 day ago 7

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam upaya menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendorong perekonomian pada kuartal II-2025, pemerintah mengeluarkan sederet insentif stimulus ekonomi. Seperti diketahui sektor hotel dan restoran yang tertekan saat ini dan berpotensi melakukan PHK massal.

Di antaranya pemberian diskon tarif tol dan transportasi laut hingga udara. Adapun insentif berupa diskon tarif yang diberikan, untuk tarif tol sebesar 20%, tiket kereta 30%, subsidi PPN untuk tiket pesawat sebesar 6%, hingga potongan 50% untuk angkutan laut.


Terkait hal ini, Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyatakan dukungannya. Sekretaris Jenderal PHRI, Maulana Yusran berharap pemberian insentif itu bisa menstimulus masyarakat untuk berwisata di Indonesia saja.


"Bagi kita itu adalah satu hal yang menarik ya. Berharap insentif yang diberikan itu memang pasarnya meningkat. Itu kita harapkan, paling nggak mereka bisa men-trigger untuk berwisata di Indonesia saja," kata Maulana kepada CNBC Indonesia, Rabu (28/5/2025).


Apakah PHRI secara resmi mendukung kebijakan insentif tersebut, Maulana menjawab dengan tegas bahwa pihaknya setuju. "Ya setuju, kan baliknya ke pasar ya. Apalagi situasinya sekarang kan yang kita tahu ada pelemahan daya beli. Ini juga jadi masalah kan dengan adanya (pelemahan daya beli) ini," sambungnya.


Namun, Maulana tetap mengingatkan, keberhasilan program ini sangat bergantung pada pelaksanaannya di lapangan. Ia mencontohkan program diskon tiket pesawat saat Lebaran lalu yang dinilai belum berjalan maksimal.


"Diskon pesawat terbang tuh, kayak kemarin yang Lebaran kan, nggak maksimal banget juga, karena kan tergantung ketersediaan-nya juga. Karena diskon itu kan terbatas, nah itu juga harus dilihat nanti seperti apa implementasinya," terangnya.


Maulana menilai momentum libur sekolah yang jatuh antara Juni hingga Juli bisa menjadi kesempatan emas untuk mendorong pergerakan wisatawan domestik. Namun, ia juga menyoroti fenomena libur panjang atau long weekend yang belakangan banyak terjadi.


"Kalau kita perhatikan, memang terjadi lonjakan (kunjungan), tapi tidak semaksimal yang kita bayangkan dengan jumlah hari liburnya. Nah mungkin karena terlalu dempet-dempet ya liburnya, terlalu dekat gitu," katanya.


Ia menambahkan, peningkatan okupansi hotel memang ada, tapi cenderung terbatas di daerah-daerah yang punya daya tarik wisata kuat seperti Bali, Yogyakarta, Bandung, serta Padang di Sumatera.


Menyoal target okupansi saat libur panjang, PHRI menyebut harapan mereka tidak sepenuhnya tercapai. "Kalau liburnya 4 hari, target meningkatnya sampai 3 hari. Tapi ini hanya 1 hari, paling lama 2 hari gitu," ujar Maulana.


Di tengah harapan besar terhadap insentif pemerintah ini, PHRI menekankan pentingnya koordinasi dan kesiapan teknis agar kebijakan diskon ini betul-betul memberi dampak nyata, terutama bagi pelaku pariwisata di berbagai daerah.


"Yang paling penting untuk menggerakkan pasar itu ya implementasinya," katanya.


(hoi/hoi)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Diskon Tarif Tol 20% Masih Berlaku

Next Article Video: Pembatasan Kendaraan di Tol Berlaku di Pekan Ini!

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|