DKP Bantul Dorong Ikan Kaleng Tembus Ekspor

5 hours ago 3

Harianjogja.com, BANTUL–Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Bantul menyatakan potensi perikanan budi daya air tawar yang melimpah di wilayah tersebut harus diiringi dengan pengolahan hasil panen yang optimal. Hal ini bertujuan untuk menyasar konsumen baru, terutama pasar ekspor, yang dinilai tertarik pada produk olahan ikan kaleng.

Kepala Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hasil Kelautan dan Perikanan DKP Bantul, Doni Muhammad Irawan, menjelaskan produksi ikan hasil budi daya di Bantul mencapai sekitar 13.000 ton per tahun. Jumlah ini jauh lebih besar dibandingkan hasil tangkapan laut yang hanya sekitar 800 ton per tahun.

“Produksi laut belum optimal karena kondisi gelombang Pantai Selatan besar dan kapal nelayan masih kecil-kecil. Jadi, nelayan hanya melaut setengah hari,” ujar Doni, Selasa (4/11/2025).

Jenis ikan budi daya yang banyak dikembangkan di Bantul antara lain lele, nila, gurami, dan bawal. Sementara itu, dari laut, nelayan masih mengandalkan tangkapan musiman seperti ikan tuna, layur, dan tongkol.

Doni menuturkan, Bantul kini memiliki sekitar 25 jenis produk olahan ikan. Salah satu yang paling khas adalah mangut lele, yaitu hidangan lele asap dengan kuah pedas khas. Menariknya, olahan tersebut kini sudah dikemas dalam bentuk mangut lele kaleng, yang diproduksi oleh pelaku usaha di kawasan Pantai Depok.

“Sekarang mangut lele sudah bisa jadi oleh-oleh khas Bantul, bahkan dibawa jemaah sampai ke Umrah dan Haji,” kata Doni.

Selain lele, ikan laut seperti tuna juga telah diolah menjadi produk kalengan, seperti sarden, rica-rica, dan balado. Beberapa produk bahkan sudah menembus pasar luar negeri.

“Kalau ekspor memang belum langsung, masih lewat pihak ketiga karena perizinan, seperti sertifikat Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP), masih dalam proses. Namun, produk kami sudah sampai ke Amerika dan Tiongkok,” ungkapnya.

Sekretaris DKP Bantul, An Nursina Karti, menjelaskan pihaknya terus berupaya meningkatkan kapasitas pelaku usaha pengolahan perikanan di wilayahnya. Hal ini bertujuan untuk memperkuat daya saing pelaku usaha lokal.

“Kami ingin meningkatkan pengetahuan, promosi, dan pendapatan pelaku usaha perikanan, sekaligus memperluas jangkauan pemasaran produk Bantul,” ujar Nursina.

Menurutnya, pada tahun ini saja, sejumlah kegiatan pelatihan telah digelar dengan menghadirkan praktisi dari Persatuan Pengolah Jasa Boga Indonesia (PPJI) maupun Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Bantul. "Kami berupaya perlahan-lahan untuk menunjukkan bahwa produk olahan hasil ikan juga potensial untuk dikembangkan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|