Efek Horor Trump: Permintaan Minyak Dunia Bisa Anjlok!

1 week ago 15

Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan tarif impor resiprokal yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap sejumlah negara menimbulkan ketidakpastian terhadap prospek ekonomi global. Kondisi ini diperkirakan bisa berdampak pada anjloknya permintaan minyak dunia.

Mengutip Reuters, Jumat (11/4/2025), berdasarkan laporan dari U.S. Energy Information Administration (EIA), kebijakan Trump berpotensi menekan harga minyak dalam beberapa bulan mendatang. Bahkan, lembaga tersebut memproyeksikan permintaan minyak hingga 2026 akan mengalami penurunan.

Harga minyak mentah acuan global anjlok ke level terendah sejak pandemi, menyusul pengumuman Presiden AS Donald Trump pekan lalu yang memberlakukan tarif 10% secara menyeluruh atas semua impor AS, serta tarif resiprokal lebih tinggi terhadap puluhan mitra dagang.

Sebagai balasan, China pada Kamis lalu juga memberlakukan tarif tambahan atas impor dari AS. Meskipun, pada Rabu (9/4/2025), Trump sempat menunda tarif spesifik terhadap negara-negara tertentu selama 90 hari, tarif impor dari China tetap dinaikkan hingga 125%. Bahkan, pada Kamis (10/4/2025) waktu setempat, Trump kembali menaikkan tarif impor kepada China sebesar 145%.

Merespons kebijakan Trump tersebut, China kembali melakukan manuver signifikan dalam menanggapi perang tarif dengan Amerika Serikat dengan menaikkan tarif atas impor AS menjadi 125% pada Jumat (11/4/2025).

Para analis lantas memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang bisa memperlambat aktivitas ekonomi global dan menekan permintaan minyak.

Di sisi lain, EIA memproyeksikan pertumbuhan permintaan minyak dan bahan bakar global hanya akan naik 900.000 barel per hari (bph) dibanding tahun lalu, menjadi sekitar 103,6 juta bph pada tahun ini. Sebelumnya, pertumbuhan permintaan minyak diperkirakan mencapai 1,2 juta bph.

Adapun, untuk tahun depan, EIA memperkirakan pertumbuhan permintaan sekitar 1 juta bph, turun dari proyeksi sebelumnya sebesar 1,2 juta bph.

Sementara itu, di tengah melemahnya permintaan akan komoditas minyak, rencana kelompok OPEC+ untuk menggenjot pasokan dapat menyebabkan lonjakan stok minyak global lebih cepat dari perkiraan sebelumnya, mulai pertengahan 2025.

Pasar minyak pun diperkirakan mengalami surplus lebih besar tahun ini dibanding proyeksi sebelumnya. "Surplus pasar yang lebih besar ini menjadikan laporan ini bersifat bearish," kata analis UBS Giovanni Staunovo, dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).

EIA kini memperkirakan harga rata-rata minyak mentah Brent global berada di kisaran US$ 67,87 per barel pada 2025, turun tajam dari proyeksi sebelumnya sebesar US$74,22. Untuk tahun depan, rata-rata harga Brent diperkirakan berada di level US$ 61,48, turun dari proyeksi awal US$ 68,47.

Sedangkan, harga rata-rata minyak mentah AS (WTI) diperkirakan berada di level US$ 63,88 per barel pada 2025 dan US$ 57,48 pada 2026. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya sebesar US$ 70,68 untuk tahun ini dan US$ 64,97 untuk tahun depan.

Sebagai informasi, harga minyak mentah dunia kembali ditutup melemah pada perdagangan Kamis waktu AS atau Jumat (11/04/2025) waktu Indonesia, terseret kekhawatiran pasar atas kebijakan tarif agresif Presiden Donald Trump yang dinilai bisa menekan permintaan global, terutama dari China sebagai importir terbesar minyak mentah dunia.

Mengacu pada data Refinitiv, harga minyak Brent kontrak Juni 2025 ditutup turun ke level US$62,98 per barel, melemah 0,55% dibanding penutupan sehari sebelumnya. Sementara West Texas Intermediate (WTI) ditutup di US$59,67 per barel, turun 0,67%.

Ini menjadi penurunan harian kedua berturut-turut setelah pada Rabu (9/4), Brent sempat melesat ke US$65,48 sebelum akhirnya berbalik arah. Dalam sepekan terakhir, Brent sudah longsor hampir 14% dari posisi tertingginya di awal April yang sempat menyentuh US$75,29.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Menanti Jurus Prabowo Hadang Dampak Perang Tarif Trump

Next Article Video: BI Beberkan 5 Indikator Ekonomi Dunia Bakal Meredup ke Depan

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|