Jakarta, CNBC Indonesia - Tarif yang dijatuhkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap produk-produk otomotif mulai dirasakan sejumlah pihak. Terbaru, sejumlah produsen otomotif Jepang seperti Toyota, Nissan, dan Subaru, mulai merasakan dampak dari kebijakan ini.
Mengutip Reuters, Perdana Menteri Shigeru Ishiba menyebut tarif AS, termasuk 25% untuk mobil, sebagai "krisis nasional" bagi ekonomi terbesar keempat di dunia. Negosiator perdagangan utama Jepang, Ryosei Akazawa, menuju Washington pada hari Jumat untuk putaran pembicaraan ketiga.
Secara rinci, kebijakan ini ditakutkan akan menghantam para pemasok lokal dari produsen-produsen otomotif tersebut. Bulan lalu, Toyota, Nissan, dan Ford mengirim surat ke cabang AS dari beberapa pemasok Jepang untuk meminta kerja sama dalam menghadapi tarif, menurut salinan yang ditinjau oleh Reuters, tanpa memberikan rincian.
Nissan memberi tahu para pemasok bahwa mereka harus mematuhi harga yang telah disepakati sebelumnya. Dikatakan bahwa mereka "tidak berkewajiban" untuk menanggung biaya tarif tetapi akan menanggung sebagian dari biaya tersebut hingga empat minggu untuk membantu mengamankan rantai pasokannya.
"Kami nantinya dapat berupaya untuk mendapatkan kembali pembayaran dukungan kepada para pemasok," kata produsen asal Yokomaha itu, Jumat (23/5/2025).
Toyota mengatakan akan berupaya melindungi para pemasok, dealer, dan karyawannya sambil menjaga kepercayaan pelanggan saat mereka menghadapi ketidakpastian yang disebabkan oleh tarif.
"Kami memahami kompleksitas dan beban keuangan yang dihadapi beberapa pemasok dan meminta pemasok untuk mengidentifikasi dan berbagi langkah-langkah mitigasi. Toyota akan bekerja sama dengan pemasok dengan itikad baik," katanya.
Ford memberi tahu Reuters bahwa mereka bekerja sama dengan para pemasok untuk menilai risiko mereka dan kemungkinan mengkonfigurasi ulang proses dan sumber daya. Seorang pemasok Subaru Corp mengatakan perusahaannya mungkin harus mulai mencari mitra yang berekspansi di luar AS.
Julie Boote, seorang analis di firma riset Pelham Smithers Associates, mengatakan perang dagang menimbulkan "keadaan darurat" bagi industri otomotif Jepang yang akan mempercepat konsolidasi.
"Agar dapat bertahan hidup, para produsen mobil ini harus bekerja sama," katanya.
Realita Pahit Pemasok
Meski banyak tawaran dukungan dari produsen, para pemasok masih sangat khawatir dengan masa depan mereka di tengah guncangan tarif ini. Salah satunya adalah Kyowa Industrial, pembuat suku cadang prototipe dan komponen mobil balap yang berpusat di Takasaki, sebelah utara Tokyo.
Kyowa, yang mempekerjakan 120 orang, dijalankan oleh Hiroko Suzuki. Kyowa diwarisinya setelah ayahnya mendirikan perusahaan itu 78 tahun lalu. Namun meski telah berdiri lama, Kyowa tetap khawatir tentang kemampuan mereka untuk menahan tekanan tarif pada industri mobil Jepang.
"Apa yang akan kita lakukan? Ini akan menjadi buruk," tuturnya.
Saat ini, Kyowa pun masih berupaya untuk mendiversifikasi perusahaan ke produsen perangkat medis. Rencana ini sebenarnya telah dikonsepkan sejak tahun 1980-an, ketika Kyowa membuang produksi massal suku cadang mobil yang kurang menguntungkan untuk fokus pada prototipe dengan margin lebih tinggi dan komponen mesin balap.
Namun, dengan munculnya hambatan perdagangan AS kali ini, Suzuki dihadapkan pada pilihan yang sulit yakni mempertimbangkan mengalokasikan sumber daya untuk memindahkan produksi ke AS, yang mana akan melibatkan di mana biaya yang tinggi, atau mengalihkan fokus penjualan ke Asia.
"Mengingat ketidakpastian seputar pengumuman Trump, Kyowa sedang dalam pembicaraan dengan distributor potensial di Singapura dan Hong Kong," tambah Suzuki.
(tps/tps)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Ekspor Jepang ke AS Susut di Tengah Tekanan Tarif Trump
Next Article Update Terbaru Merger Honda-Nissan, Ini yang Bakal Terjadi