Ekonomi Rusia Diramal Babak Belur, Dihajar Perang Berkepanjangan

2 months ago 18

Jakarta, CNBC Indonesia - Produk domestik bruto (PDB) Rusia diperkirakan akan merosot pada 2025 dan 2026. Bank Sentral Rusia memberi peringatan bahwa perekonomian negara yang dilanda sanksi akibat perang itu menghadapi turbulensi yang berkelanjutan.

Bank Sentral Rusia mengeluarkan prakiraan tersebut pekan lalu, saat mengumumkan bahwa mereka tidak mengubah suku bunga acuannya pada 21%. Ini merupakan suku bunga tingkat tertinggi sepanjang masa yang diberlakukan pada Oktober untuk mendinginkan perekonomian.

Bank Sentral mempertahankan suku bunga acuan yang digunakan untuk meminjamkan uang ke lembaga lain sebesar 21% pada Jumat. Angka yang tinggi secara historis ini ditujukan untuk mengekang inflasi yang mencapai 9,9%, lebih dari dua kali lipat dari targetnya sebesar 4%.

Perkiraan bank sentral mencatat bahwa pertumbuhan Rusia untuk tahun 2024 adalah 4,1%-lebih tinggi dari yang diperkirakan pada Oktober, sebagian besar disebabkan oleh pertumbuhan permintaan domestik yang lebih besar dari yang diharapkan.

"Ekonomi Rusia tumbuh sebesar 4,1% pada tahun 2024, yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan Bank Rusia pada bulan Oktober. Hal ini terutama disebabkan oleh pertumbuhan permintaan domestik yang lebih tinggi dari yang diharapkan," kata Bank Sentral Rusia, seperti dikutip Newsweek, Senin (17/2/2025).

Namun, perkiraan bank tersebut adalah bahwa PDB Rusia akan turun menjadi antara 1% dan 2% dan dapat mencapai serendah 0,5% pada 2026 sebelum naik sedikit menjadi antara 1,5% dan 2,5% pada 2027.

Tekanan inflasi tetap tinggi dan pertumbuhan permintaan domestik masih melampaui kemampuan untuk memperluas pasokan barang dan jasa. Rusia menghadapi kekurangan pekerja yang diperburuk oleh korban di Ukraina, eksodus dari mereka yang melarikan diri dari wajib militer dan krisis demografi yang berkembang.

Inflasi di Rusia diprediksi akan menurun tahun ini menjadi antara 7% dan 8%, masih jauh di atas targetnya sebesar 4%, yang menurut bank akan tercapai pada tahun 2027.

Gubernur Bank Sentral, Elvira Nabiullina, mengatakan secara terpisah bahwa pengetatan moneter akan mendinginkan ekonomi dan bahwa pertumbuhan selama tiga tahun ke depan akan sejalan dengan perkiraannya pada Oktober.

"Tekanan harga tetap signifikan. Indikator inflasi yang mendasarinya melampaui 10 persen pada akhir tahun 2024, yang tentunya merupakan tingkat yang sangat tinggi menurut pandangan kami," kata Elvira.

Dalam melaporkan keputusan bank sentral tersebut, media independen Rusia The Bell mengatakan kenaikan harga dan penurunan pinjaman meningkatkan kemungkinan Rusia akan menghadapi "kombinasi berbahaya antara pertumbuhan yang rendah dan inflasi yang tinggi."

Dikatakan bahwa alasan mendasar untuk inflasi yang tinggi tetaplah pengeluaran pemerintah yang tinggi, khususnya untuk militer.

Karena PDB mengukur biaya semua barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu perekonomian pada harga saat ini, inflasi yang mendorong kenaikan harga berarti angka PDB keseluruhan naik, bahkan jika output volume aktual tidak berubah, kata The Bell.

Sementara itu, Presiden Vladimir Putin memuji pertumbuhan yang tinggi tetapi ekonomi Rusia menghadapi kendala lebih lanjut di masa depan dengan harga minyak yang lebih rendah, kendala anggaran, dan peningkatan utang perusahaan yang buruk, menurut Reuters, mengutip dokumen internal pemerintah.


(luc/luc)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Telpon Putin & Zelenskyy Ajak Akhiri Perang Rusia-Ukraina

Next Article Ekonomi Rusia di Ambang 'Tsunami' Kebangkrutan, Ada Apa?

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|