Ekspor Batu Bara Wajib Pakai HBA, Ini Respon Pengusaha

5 hours ago 2

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelaku usaha batu bara menyambut baik langkah pemerintah yang mewajibkan eksportir batu bara menggunakan Harga Batu Bara Acuan (HBA) mulai 1 Maret 2025. Pasalnya, kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan negara serta mendorong pertumbuhan industri domestik.

Direktur Bayan Resources, Alexander Ery Wibowo mengapresiasi kebijakan tersebut karena sejalan dengan tujuan untuk memperkuat penerimaan negara. Namun demikian, ia menilai terdapat beberapa tantangan yang perlu diantisipasi oleh pemerintah.

"Ya, saya pikir tujuan dan spirit daripada aturan HBA ini patut diapresiasi karena intinya bagaimana bisa meningkatkan pendapatan negara dan juga meningkatkan pertumbuhan industri domestik batu bara," kata Alex dalam acara Mining Zone CNBC Indonesia, Senin (10/3/2025).

Menurut Alex, tantangan terbesar dalam penerapan aturan ini adalah kondisi pasar global yang saat ini berada dalam fase buyers market. Dimana harga lebih banyak ditentukan oleh pembeli.

Ditambah lagi, kondisi ini juga diperparah dengan adanya stok batu bara yang melimpah di China, yang menyebabkan terjadinya over supply di pasar internasional.

"Dimana pembentuk harga di China sendiri itu memiliki stok yang melimpah. Oversupply. Sehingga dengan adanya ini pun kita harus sama-sama mencari bagaimana bisa peraturan ini menjadi efektif," kata dia.

Alex juga menyoroti perlunya penyesuaian terhadap kontrak-kontrak jangka panjang yang telah disepakati sebelumnya. Oleh sebab itu, perlu adanya adendum kontrak serta masa transisi dan sosialisasi terutama di pasar internasional.

"Karena ini kan bagaimanapun coal ini adalah commodity internasional. Dan memang siklusnya buyers market ataupun sellers market. Mungkin 3-4 tahun lalu kondisinya sellers market," kata Alex.

Ia menyadari selama ini pembayaran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sudah mengacu pada HBA atau harga tertinggi yang berlaku. Namun, dengan kondisi buyers market, tantangan utama adalah bagaimana menghadapi situasi harga yang lebih banyak ditentukan oleh pembeli.

"Jadi tantangannya sebenarnya, tantangan bersama itu adalah menghadapi kondisi buyers market ini. Yang dimana di China sendiri lumayan slow. Hal itu utamanya disebabkan karena cuaca yang tidak sedingin yang mereka prediksi. Kedua juga banyak pabrik baja yang mengurangi produksinya akibat mungkin perang dagang. Sehingga memang di dalam China itu juga kelebihan supply," katanya.


(pgr/pgr)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Bos Bayan Ungkap Tantangan Industri Batu Bara di 2025

Next Article Tok! Harga Batu Bara Acuan (HBA) RI Desember 2024 Rata-Rata Turun

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|