Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengungkap bahwa potensi megathrust bukan hal baru di Indonesia. Bahkan, kejadiannya sudah pernah terjadi sebelumnya.
Gempa megathrust diketahui dengan magnitudo (M) 5,0 diketahui pernah mengguncang wilayah selatan Banten, Sabtu (15/3/2025). Berdasarkan keterangan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), genpa terjadi pukul 06.55 WIB, tepatnya berlokasi di laut pada jarak 28 km Barat Daya Bayah, Banten, pada kedalaman 59 km.
Menurut BMKG, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Indo-Australia yang menunjam di bawah Lempeng Eurasia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Mengacu pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, terdapat 13 segmen megathrust yang tersebar di wilayah Indonesia.
Berikut merupakan daftarnya:
Daftar 13 Segmen Megathrust Ancam Wilayah RI
1. Megathrust Mentawai-Pagai dengan potensi gempa M8,9
2. Megathrust Enggano dengan potensi gempa M8,4
3. Megathrust Selat Sunda dengan potensi gempa M8,7
4. Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah dengan potensi gempa M8,7
5. Megathrust Jawa Timur dengan potensi gempa M8,7
6. Megathrust Sumba dengan potensi gempa M8,5
7. Megathrust Aceh-Andaman dengan potensi gempa M9,2
8. Megathrust Nias-Simelue denga potensi gempa M8,7
9. Megathrust Batu dengan potensi gempa M7,8
10. Megathrust Mentawai-Siberut dengan potensi gempa M8,9
11. Megathrust Sulawesi Utara dengan potensi gempa M8,5
12. Megathrust Filipina dengan potensi gempa M8,2
13. Megathrust Papua dengan potensi gempa M8,7.
Dari daftar itu, BMKG mencatat, ada 2 lokasi sumber megathrust yang ratusan tahun belum pernah mengeluarkan energi. Mengutip catatan BMKG, gempa besar di Selat Sunda terjadi pada 1957 dengan usia seismic gap 267 tahun. Sementara di Mentawai-Siberut selama 227 tahun dengan kejadian tersebut terjadi pada 1797.
Karena itulah, Direktur Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengingatkan agar mewaspadai seismic gap di kedua zona tersebut. Sehingga, seharusnya Indonesia jauh lebih serius untuk menyiapkan upaya mitigasi bencana. Sebab, dengan seismic gap tersebut, bukan tidak mungkin megathrust di kedua zona itu bisa terjadi kapan saja dan memang tak bisa diprediksi.
Daryono menekankan soal kalimat tinggal menunggu waktu karena segmen sumber gempa yang berada di sekitarnya sudah terjadi gempa besar.
"Hal ini dikarenakan kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar, tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat," ucap Daryono.
Tren Peningkatan Gempa
Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, kejadian gempa bumi di Indonesia menunjukkan tren peningkatan.
Di sisi lain, kata dia, alat pemantau yang disebarkan BMKG kini juga semakin banyak.
Hal itu disampaikannya dalam webinar "Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi", yang ditayangkan kanal Youtube Teknik Geofisika ITS.
Dwikorita pun mengingatkan pentingnya pendekatan mitigasi bencana geohidrometeorologi. Tidak hanya gempa bumi dan tsunami, tetapi juga bencana hidrometeorologi yang semakin meningkat akibat perubahan iklim.
Untuk menghadapi tantangan dinamika tektonik yang menunjukkan peningkatan aktivitas, dengan merapatkan jaringan seismograf.
Menurut Dwikorita, pada saat kejadian gempa - tsunami Aceh tahun 2004 silam, hanya ada skeitar 20 seismograf yang ada dan tidak dalam jaringan. Sejak tahun 2008, jelasnya, BMKG membangun sistem info dini gempa dan peringatan dini tsunami. Sensornya terus bertambah hingga kini mencapai ada 550 seismograf.
"Aktivitas kegempaan yang termonitor BMKG mengalami lompatan. Berdasarkan data aktivitas data gempa jangka panjang, ada pola kejadian gempa di Indonesia terus meningkat setiap tahun," katanya.
"Rata-rata kejadian gempa di tahun 1990-2008 sekitar 2.254 gempa per tahun. Namun, tahun 2009-2017 meningkat jadi 5.389 kejadian gempa. Kemudian melompat mulai tahun 2018-2019, bahkan 2020 ya, melompat bahkan 2018 itu 12.062, 2019 itu masih 11.731," tambahnya.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: BRIN Petakan Sesar Di Jawa, Gempa M7 Bisa Hantam Wilayah Jawa
Next Article BMKG Ingatkan Gempa Megathrust RI Tunggu Waktu, Cek Zona Merahnya