Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah. Indeks ditutup naik 0,13% atau 8,2 poin ke level 6.262,23.
Penutupan hari ini berbanding terbalik dengan pembukaan pasa. IHSG dibuka melemah 1,10% ke level 6.187 pagi tadi.
Adapun sebanyak 309 saham naik, 259 turun, dan 226 tidak bergerak pada penutupan perdagangan hari ini. Nilai transaksi mencapai Rp 10,72 triliun yang melibatkan 13,39 miliar saham dalam 1,01 juta transaksi.
Sektor bahan baku naik 3,11%, utilitas 2,77%, kesehatan 0,9%, industri 0,66%, dan energi 0,17%. Nasib berbeda terjadi pada sektor properti yang turun 1,04%. Begitu pula dengan konsumer primer -0,89%, teknologi -0,72%, konsumer nonprimer 0,62%, dan finansial 0,29%.
Pada perdagangan hari ini, saham konglomerat menjadi penyelamat IHSG. Emiten milik Bakrie dan Salim, yakni BRMS menyumbang 8,29 indeks poin. Lalu saham Salim lainnya, AMMN berkontribusi 8 indeks poin.
Selain itu, saham Prajogo Pangestu (BREN) juga menjadi pengungkit IHSG dengan sumbangsih 5,78 indeks poin. Lalu ada juga saham bank jumbo, BMRI dan BBNI yang menyumbang 6,7 indeks poin dan 4,75 indeks poin.
Saham BMRI dan BBNI mengalami kenaikan seiring dengan rencana pembagian dividen. Cum date BMRI dilaksanakan hari ini 11 April 2025, sedangkan BBNI pada 14 April 2025.
Adapun IHSG masih diselimuti sentimen negatif. Gejolak kembali terjadi arena ketegangan perang dagang antara dua negara besar AS dan China. Kedua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut memicu suasana yang berisiko pada industri keuangan.
Terbaru China kembali melakukan manuver signifikan dalam menanggapi perang tarif dengan Amerika Serikat dengan menaikkan tarif atas impor AS menjadi 125% pada Jumat (11/4/2025).
Tarif ini akan mulai berlaku pada Sabtu, 12 April 2025.
Sebelumnya, AS telah menaikkan tarif untuk impor China menjadi 145%. Adapun aksi saling balas ini meningkatkan tensi perang dagang yang mengancam menghancurkan rantai pasok global.
Pemberlakuan tarif yang sangat tinggi oleh AS terhadap China secara serius melanggar aturan perdagangan internasional dan ekonomi, hukum ekonomi dasar, dan akal sehat, serta merupakan intimidasi dan pemaksaan sepihak," kata Kementerian Keuangan China dalam sebuah pernyataan, dilansir Reuters.
(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini: