Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pagi ini, Selasa (28/10/2025). Kenaikan ini terjadi setelah pasar ambruk pada perdagangan kemarin, dengan indeks sempat turun 3,8% dan berayun nyaris 5% dari posisi tertinggi ke terendah hingga memangkas pelemahan kurang dari2% pada penutupan perdagangan.
Indeks pagi ini dibuka naik 0,34% atau menguat 27,27 poin ke level 8.144,42. Sebanyak 255 saham naik, 64 turun, dan 269 tidak bergerak. Nilai transaksi mencapai Rp 338,84 miliar yang melibatkan 379,71 juta saham dalam 31.861 kali transaksi.
Selang beberapa menit setelah pasar dibuka, apresiasi IHSG malah terpangkas hingga berbalik arah ke zona merah dengan pelemahan mencapai 0,7%.
Awal pekan ini bukanlah awal yang cukup baik dalam pembukaan perdagangan pasar, IHSG sempat terperosok hingga 3,70% ke level psikologis 7.900 sebelum akhirnya berhasil ditarik ke level psikologis 8.100.
Namun menariknya, koreksi ini masih dapat dikatakan koreksi sehat karena bukan penurunan yang didorong oleh pelemahan data-data ekonomi RI, melainkan kabar sentimen global yang kini juga masih abu-abu.
Penyesuaian perhitungan float Indonesia oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI), berhasil mendorong investor asing kabur ramai-ramai dari Bursa Saham Tanah Air pada perdagangan kemarin. Meskipun begitu, pasar diperkirakan akan segera rebound mengingat optimisme terhadap pemangkasan suku bunga AS hingga momen borong saham usai penurunan tajam kemarin.
Kejatuhan IHSG pada perdagangan kemarin usai kabar MSCI tengah mengkaji ulang cara menghitung free float (saham yang beredar dan bisa diperdagangkan publik) untuk perusahaan-perusahaan Indonesia yang menjadi bagian dari indeks mereka. MSCI membuka konsultasi dan akan menerima masukan dari pelaku pasar hingga 31 Desember 2025, lalu hasilnya akan diumumkan paling lambat 30 Januari 2026.
Untuk saham yang sudah termasuk indeks IMI (MSCI Indonesia Investable Market Index), penyesuaian akan diterapkan saat review Mei 2026. Untuk saham yang belum termasuk IMI, aturan baru bisa langsung diberlakukan sebelum review Mei 2026 untuk menghindari perubahan besar yang mendadak (reverse turnover).
MSCI mengusulkan dua pendekatan baru, dan akan memilih yang lebih rendah nilainya (lebih konservatif).
Pertama, pendekatan 1, berdasarkan data kepemilikan yang diungkapkan oleh perusahaan (laporan tahunan, pengajuan resmi, dan siaran pers), serta data dari KSEI (lembaga kliring Indonesia). Dalam pendekatan ini, saham-saham yang tercatat sebagai Scrip (tidak jelas kepemilikannya di data KSEI), dan dimiliki oleh korporasi atau kategori lainnya, akan dianggap bukan free float. Pendekatan 2, menggunakan data KSEI, dengan menganggap hanya saham Scrip dan saham milik korporasi sebagai non-free float.
Mulai review Mei 2026, MSCI juga akan mengubah cara mereka membulatkan angka free float:
• High float (>25%) dibulatkan ke kelipatan 2,5% terdekat
• Low float (5-25%) dibulatkan ke kelipatan 0,5% terdekat
• Very low float (
Dampaknya bagi Indonesia, karena banyak perusahaan Indonesia memiliki kepemilikan besar oleh korporasi atau kelompok tertentu (bukan publik), aturan baru ini bisa menurunkan nilai free float mereka. Akibatnya, porsi saham Indonesia dalam indeks MSCI bisa turun, yang berpotensi menyebabkan arus keluar modal asing (capital outflow).
Selain itu, selama ini beberapa saham Indonesia diuntungkan dari aturan pembulatan lama, sehingga jika aturan baru diterapkan, mereka bisa kehilangan posisi di indeks.
Saham yang paling berisiko dikeluarkan dari indeks (urut dari risiko tertinggi) yakni PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), dan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).
(fsd/fsd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Israel Serang Iran Bikin Investor Waswas, IHSG Ditutup Turun 0,53%


















































