Superbank Mau IPO Rp 3,06 Triliun, Begini 'Jeroan' Kinerjanya

1 hour ago 1

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Super Bank Indonesia alias Superbank akhirnya resmi mengumumkan rencana untuk melakukan initial public offering (IPO). Sebelumnya, isu IPO bank digital tersebut sudah bergulir sejak awal tahun ini.

Dalam prospektus ringkas masa penawaran awal, bank besutan Grup Emtek, Grab, SingTel, dan Kakaobank ini akan melepas 4,4 miliar saham dengan nilai nominal Rp100. Calon emiten berkode saham SUPA mematok harga penawaran berkisar antara Rp525 hingga Rp695, mengincar dana segar maksimal sebesar Rp3,06 triliun.

"Perseroan adalah sebuah bank dengan kapabilitas digital di Indonesia yang berkomitmen untuk mempromosikan inklusi keuangan dan memosisikan diri secara strategis untuk memanfaatkan lanskap industri keuangan Indonesia yang semakin mengarah kepada digitalisasi melalui inovasi ekosistem," tulis Superbank dalam prospektus, dikutip Selasa (25/11/2025).

Perjalanan bank digital itu dimulai pada tahun 2021 dengan diakuisisinya PT Bank Fama International oleh Grup Emtek.

Dengan investasi dari Grab dan Singtel pada 2022 serta konsorsium yang dipimpin oleh KakaoBank pada 2023, bank itu melakukan rebranding sebagai "Superbank" pada Februari 2023 dan merelokasi kantor pusat ke Jakarta untuk sepenuhnya mengadopsi identitas baru Perseroan sebagai institusi keuangan yang mengedepankan teknologi.

Superbank kemudian melakukan peluncuran aplikasi kepada publik pada 19 Juni 2024 dengan meluncurkan integrasi langsung dengan aplikasi Grab dan OVO.

Lantas, bagaimana kinerja Superbank?

Superbank mencatatkan laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp20,06 miliar sepanjang semester I-2025. Perolehan laba itu juga berbalik dari rugi sebesar Rp188,46 miliar setahun sebelumnya.

Merinci laporan keuangan yang berakhir pada periode 30 Juni 2025, bank digital besutan Grab, Emtek, Singtel dan KakaoBank, mencatatkan pendapatan bunga bersih tumbuh 171% secara tahunan (yoy) menjadi Rp667,6 miliar. Net Interest Margin (NIM) pun meningkat menjadi 10,2%, naik dari 8,1% pada tahun sebelumnya.

Selain itu, efisiensi operasional membaik, tercermin dari rasio biaya terhadap pendapatan (Cost to Income Ratio/CIR) yang menurun drastis menjadi 74,2% dari sebelumnya 149,9%.

Terkait fungsi intermediasi, total penyaluran kredit mencapai Rp8,4 triliun, meningkat 123% yoy sepanjang paruh pertama tahun ini. Kualitas aset tetap terjaga dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) Gross turun ke 2,7% dan NPL Net berada di level 0,98%.

Pertumbuhan kredit ini turut mendorong kenaikan total aset menjadi Rp15,0 triliun, atau tumbuh 122% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari sisi pendanaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) melonjak 748% yoy menjadi Rp8,4 triliun. Torehan tersebut didukung oleh produk tabungan berbasis ekosistem seperti OVO Nabung by Superbank, produk rek-wallet (rekening e-wallet) yang memungkinkan jutaan pengguna OVO menabung secara instan langsung dari aplikasi OVO mereka dengan bunga 5% per tahun.

Jumlah nasabah Superbank hampir tembus 4 juta, yang berasal dari seluruh Indonesia.

"Transformasi digital kami telah membentuk fondasi bisnis yang tangguh dan efisien. Dengan pertumbuhan nasabah yang pesat dan pengelolaan risiko yang disiplin, kami siap untuk menjalankan tahap pertumbuhan berikutnya," kata Presiden Direktur Superbank, Tigor M. Siahaan dalam keterangannya, Jumat (1/8/2025).

(ayh/ayh)
[Gambas:Video CNBC]

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|