Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau kembali melemah pada akhir perdagangan sesi I Jumat (24/1/2025), setelah sempat menguat di awal sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 6,5 triliun dengan melibatkan 10,4 miliar saham yang berpindah tangan sebanyak 687.889 kali. Sebanyak 220 saham menguat, 312 saham melemah, dan 262 saham cenderung stagnan.
Secara sektoral, sektor infrastruktur kembali menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 1,12%.
Sementara dari sisi saham, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) menjadi penekan terbesar IHSG di sesi I hari ini yakni mencapai 16,3 indeks poin.
Selain itu, ada saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang juga menekan IHSG sebesar 5,8 indeks poin, kemudian saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar 3,3 indeks poin, dan saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) sebesar 2,6 indeks poin.
Berikut saham-saham yang menjadi penekan IHSG pada sesi I hari ini.
IHSG berbalik melemah setelah di awal sesi I hari ini sempat menguat. Pelemahan IHSG sejatinya sudah berlangsung sejak penutupan perdagangan kemarin, karena tampaknya investor mulai kembali merealisasikan keuntungannya.
Di lain sisi, IHSG diproyeksikan sedikit volatil menjelang libur panjang pekan depan. Sejumlah sentimen dari dalam dan luar negeri diproyeksi akan menggerakkan pasar hari ini mulai dari event World Economic Forum, Rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), efisiensi belanja pemerintah hingga kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Trump telah berpidato di Pertemuan Tahunan World Economic Forum 2025 digelar 20-24 Januari 2025 di Davos, Swiss, dengan tema "Kolaborasi untuk Era Cerdas."
Dalam pidatonya, Trump mengungkapkan sejumlah pernyataan penting mulai dari permintaannya agar suku bunga turun, tekadnya mengakhiri perang Rusia-Ukraiina, hingga rencana perang dagang.
Dalam pidatonya, Trump melancarkan serangan pertamanya kepada bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed). Dia mengatakan akan memberikan tekanan untuk menurunkan suku bunga.
Berbicara melalui video, Trumptidak menyebutkan The Fed secara langsung, tetapi dengan jelas menyatakan bahwa dia akan mendorong penurunan suku bunga.
"Saya akan menuntut agar suku bunga diturunkan segera. Dan demikian juga, suku bunga seharusnya turun di seluruh dunia. Suku bunga harus mengikuti kita di seluruh dunia." tutur Trump, dikutip dariCNBC International.
Komentar ini merupakan serangan awal kepada pejabat The Fed. Trump dikenal memiliki hubungan yang tidak baik dengan Chairman The Fed Jerome Powell. Dia sering mengkritik Ketua Jerome Powell, yang diangkat oleh Trump, terkadang menyebut para pembuat kebijakan "bodoh" dan membandingkan Powell dengan pegolf yang tidak bisa memasukkan bola ke lubang
Di lain sisi, pasar akan mencermati dampak dari instruksi Presiden RI Prabowo Subianto terkait efisiensi anggaran pemerintah. Prabowo mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1/2025 yang mengharuskan pemangkasan anggaran belanja sebesar Rp 306,69 triliun. Langkah ini bertujuan mengalihkan dana untuk mendukung program prioritas seperti Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam kerangka Asta Cita.
Kebijakan ini dinilai memberikan ruang fiskal untuk memperkuat daya tahan ekonomi di tengah tantangan global. Meski begitu, pemotongan belanja seremonial, perjalanan dinas, dan kajian dinilai memengaruhi dinamika pelaksanaan program di daerah. Dengan pemangkasan tersebut, pemerintah juga memberikan arahan agar anggaran lebih selektif dialokasikan pada kegiatan yang produktif dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Kombinasi kebijakan domestik dan sentimen global akan menjadi penentu pergerakan pasar di 2025. Dengan kebijakan DHE yang siap berjalan penuh, serta upaya efisiensi fiskal, pemerintah menunjukkan komitmen memperkuat fundamental ekonomi.
Namun, tantangan eksternal seperti ketidakpastian kebijakan perdagangan AS dan tekanan dolar AS masih membayangi. Dalam situasi ini, sinergi antara pemerintah, pelaku pasar, dan emiten menjadi kunci untuk menjaga stabilitas pasar serta mendukung pertumbuhan ekonomi.
Efisiensi anggaran di satu sisi akan menekan belanja negara sehingga bisa mengurangi laju pertumbuhan ekonomi karena sokongan konsumsi pemerintah yang berkurang. Namun, di sisi lain, efisiensi belanja pemerintah membuat defisit anggaran terjaga sehingga investor lebih percaya diri terhadap ekonomi Indonesia.
Pengelolaan anggaran yang prudent juga membuat pemerintah bisa mengurangi penerbitan utang.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Saham Konglomerat Banyak Diburu, Hati-Hati Rawan Longsor!
Next Article IHSG Bergairah & Lagi-Lagi Cetak Rekor, Gegara Saham Teknologi?