Investigasi Kebakaran Smelter Freeport Tuntas, Ini Hasilnya

2 months ago 24

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menyelesaikan proses investigasi menyeluruh kepada unit smelter di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur, milik PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terbakar beberapa waktu lalu.

Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM Tri Winarno mengatakan, hasil investigasi menyimpulkan bahwa kebakaran smelter tersebut dapat dikategorikan sebagai force majeure atau kondisi kahar.

Seperti diketahui, izin ekspor konsentrat tembaga Freeport berakhir sejak 31 Desember 2024 lalu. Meskipun pemerintah belum memastikan apakah Freeport akan diberikan relaksasi izin ekspor konsentrat kembali, namun dari hasil investigasi kebakaran smelter tersebut menandakan relaksasi izin ekspor bisa diberikan.

"Investigasinya sepertinya sudah selesai. Hasilnya kahar. Nggak ada unsur kesengajaan. Kalau misalnya sengaja, asuransi dia nggak cair. Itu kan diasuransikan ya," kata Tri ditemui di Gedung Kementerian ESDM, dikutip Senin (17/2/2025).

Meski sudah masuk dalam kategori kahar, pemerintah hingga kini belum memutuskan apakah PTFI dapat melakukan kegiatan ekspor konsentrat kembali.

"Kalau rekomendasi mestinya dari ESDM. Tapi rekomendasi kan hasil dari mana kan itu. Hasil dari mana-mana gitu lah," kata dia.

Terpisah, Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menyampaikan, keputusan mengenai relaksasi ekspor akan mempertimbangkan beberapa faktor utama. Misalnya, apakah kondisi yang terjadi dapat dikategorikan sebagai kondisi kahar.

"Kita melihat yang pertama ini ada kondisi kahar nggak? Itu kan kondisi kahar itu harus ditetapkan oleh lembaga yang berwenang. Misalnya ini kecelakaan itu apakah ini dari pihak kepolisian itu menetapkan bahwa ini tidak ada kesengajaan atau ini dampak-dampak yang lain, motif-motif lain terhadap ini terhentinya kegiatan," kata Yuliot.

Adapun dari sisi operasional, pemerintah juga mengevaluasi agar penghentian ekspor konsentrat tidak berdampak pada kegiatan pertambangan PTFI. Selain itu, pemerintah juga mempertimbangkan dampaknya terhadap penerimaan negara dan daerah.

"Jadi Kementerian perekonomian sudah mengkoordinasikan, menugaskan Kementerian ESDM sama Kementerian Perdagangan untuk bagaimana melihat kondisi ini untuk dalam rangka dimungkinkan adanya pemberian proses ekspor dari konsentrat yang sudah disiapkan oleh PT Freeport Indonesia," kata Yuliot.

Sebelumnya, PT Freeport Indonesia (PTFI) mengungkapkan bahwa saat ini pihaknya tengah menghentikan sementara seluruh operasional produksi katoda tembaga di Smelter yang berada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik JIIPE. Hal ini menyusul insiden kebakaran yang terjadi pada fasilitas gas cleaning plant di smelter kedua Freeport di KEK Gresik, pada Senin, 14 Oktober 2024 lalu.

Presiden Direktur PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengungkapkan bahwa saat ini PTFI tengah menghentikan sementara seluruh operasional produksi katoda tembaga di Smelter.

"Masih full berhenti. Kalau lagi perbaikan kan nggak mungkin produksi. Karena itu kan Capture CO2," ungkap Tony ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jumat (3/1/2024).

Gas cleaning plant merupakan sebuah unit yang berfungsi membersihkan gas CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran konsentrat yang kemudian dapat dikonversi menjadi asam sulfat. Produk ini nantinya bisa dimanfaatkan untuk industri pupuk, pabrik High Pressure Acid Leaching (HPAL) nikel, dan berbagai kebutuhan lainnya.

Akibat insiden kebakaran ini, diperlukan waktu hingga 6 bulan untuk smelter ini bisa beroperasi lagi. Mulanya, operasional penuh smelter ini ditargetkan bisa terealisasi pada Desember 2024.

Mengutip bahan paparan PTFI, investasi kumulatif untuk proyek smelter PTFI di Gresik mencapai Rp 58 triliun atau sekitar US$ 3,67 miliar. Proyek ini merupakan pemenuhan komitmen PTFI terhadap Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) yang diterbitkan pada tahun 2018.

Proyek smelter dengan desain single line terbesar di dunia ini memiliki kapasitas pengolahan 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun dan memproduksi sekitar 600.000-700.000 katoda tembaga per tahun.

Bersama dengan smelter pertamanya yang dikelola PT Smelting Gresik, kedua smelter milik PT Freeport Indonesia ini akan memurnikan total 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun, dan menghasilkan 1 juta ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Pemerintah Pertimbangkan Buka Keran Ekspor Konsentrat Freeport

Next Article Bos MIND ID: 98% Jabatan Strategis di Freeport Diduduki Putra-Putri RI

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|