IOC Siapkan Aturan Baru, Atlet Transgender Perempuan Terancam tak Bisa Tampil di Olimpiade

1 hour ago 1

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Olimpiade Internasional (IOC) dikabarkan semakin dekat keputusan menerapkan larangan bagi atlet transgender perempuan untuk berkompetisi di kategori perempuan pada ajang Olimpiade.

Sejumlah sumber internal menyebutkan, kebijakan baru itu berpotensi diberlakukan dalam enam hingga 12 bulan ke depan. Presiden IOC yang baru, Kirsty Coventry, menegaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari komitmennya untuk melindungi kategori perempuan sebagaimana dijanjikannya dalam masa kampanye pemilihan presiden IOC, seperti dikutip dari Guardian, Selasa (11/11/2025).

Langkah tersebut juga dinilai dapat menghindari potensi konflik dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang pada Februari lalu telah menandatangani perintah eksekutif melarang atlet transgender perempuan berpartisipasi dalam cabang olahraga perempuan di level nasional. Kebijakan IOC ini diperkirakan akan berlaku menjelang penyelenggaraan Olimpiade Los Angeles 2028.

Meski demikian, sumber internal IOC menyebut masih ada perdebatan di kalangan anggota terkait atlet dengan perbedaan perkembangan seksual (Differences of Sexual Development/DSD). Atlet dengan kondisi tersebut, seperti Caster Semenya, diketahui terlahir sebagai perempuan, tapi memiliki kromosom dan kadar testosteron laki-laki.

World Athletics telah lebih dulu melarang atlet DSD berkompetisi di kategori perempuan, sementara FIFA masih memperbolehkan mereka tampil di cabang sepak bola perempuan.

Sementara itu, laporan yang muncul pekan lalu menyebut bahwa Dr Jane Thornton, Direktur Kesehatan, Kedokteran, dan Sains IOC, telah memaparkan hasil kajian ilmiah terbaru kepada anggota IOC. Dalam tinjauan tersebut, Thornton menunjukkan adanya keunggulan fisik permanen bagi individu yang mengalami pubertas sebagai laki-laki.

Sejumlah federasi olahraga internasional, termasuk World Athletics, kini telah menerapkan tes gen SRY melalui usapan pipi untuk menentukan jenis kelamin biologis atlet. Sumber IOC menyebut presentasi tersebut bersifat “faktual dan objektif”.

Namun, IOC menegaskan bahwa belum ada keputusan final terkait kebijakan ini. Dalam pernyataan resminya, lembaga tersebut menyebutkan kelompok kerja IOC masih membahas berbagai aspek dari kebijakan baru itu, termasuk kajian hukum dan teknis.

“Pembaruan diberikan oleh direktur kesehatan, kedokteran, dan ilmu pengetahuan IOC kepada anggota IOC pekan lalu selama pertemuan komisi IOC. Kelompok kerja terus membahas topik ini dan belum ada keputusan yang diambil. Informasi lebih lanjut akan diberikan pada waktunya,” demikian pernyataan resmi IOC.

Jika kebijakan tersebut disahkan, IOC akan mengikuti jejak World Athletics dalam membatasi partisipasi atlet yang telah melalui pubertas laki-laki di kategori perempuan. Namun, sejumlah pengamat menilai keputusan ini dapat memicu perdebatan baru antara prinsip inklusivitas olahraga dan perlindungan integritas kompetisi perempuan.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|