Jakarta, CNBC Indonesia - Di tengah gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza, pasukan keamanan Israel, dengan dukungan helikopter, melancarkan serangan di kota Jenin pada Selasa (21/1/2025), menewaskan setidaknya sembilan warga Palestina. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyebut operasi ini sebagai "operasi militer besar-besaran dan signifikan," yang bertujuan untuk melawan kelompok militan yang didukung Iran.
Operasi militer ini diumumkan sehari setelah Presiden AS Donald Trump mencabut sanksi terhadap pemukim ultranasionalis Israel yang menyerang desa-desa Palestina.
Netanyahu menyatakan bahwa serangan ini merupakan langkah baru dalam ofensif melawan militan yang didukung Iran di wilayah Gaza, Lebanon, Suriah, Yaman, serta di Yudea dan Samaria-istilah yang digunakan Israel untuk Tepi Barat yang diduduki.
"Kami bertindak secara sistematis dan tegas melawan poros Iran di manapun mereka memperluas pengaruhnya," kata Netanyahu, dilansir Reuters.
Operasi ini menyusul sejumlah penggerebekan besar-besaran yang telah dilakukan tentara Israel di Jenin selama beberapa tahun terakhir. Militer Israel menyatakan bahwa operasi ini melibatkan tentara, polisi, dan dinas intelijen dalam upaya kontra-terorisme di Jenin, yang sebelumnya menjadi pusat aktivitas kelompok militan bersenjata seperti Hamas dan Jihad Islam, keduanya mendapatkan dukungan dari Iran.
Respons Hamas
Hamas, yang berbasis di Gaza, menyerukan warga Palestina di wilayah tersebut untuk meningkatkan perlawanan mereka terhadap Israel. Rekaman video yang dibagikan di media sosial menunjukkan tembakan senjata berat saat pasukan keamanan Palestina mundur dari kamp pengungsi Jenin.
Layanan kesehatan Palestina melaporkan setidaknya sembilan warga tewas dan 35 lainnya terluka dalam serangan Israel yang berlangsung hingga malam hari. Sepekan sebelumnya, serangan udara Israel di kamp pengungsi Jenin menewaskan setidaknya tiga warga Palestina dan melukai banyak lainnya.
Sejak perang di Gaza dimulai pada Oktober 2023, ratusan warga Palestina dan puluhan warga Israel telah tewas di Tepi Barat dan Israel, dengan ribuan warga Palestina ditahan dalam penggerebekan rutin Israel.
Menteri Keuangan Israel yang pro-pemukim garis keras, Bezalel Smotrich, yang bertanggung jawab atas kebijakan Israel di Tepi Barat, menyatakan bahwa operasi ini merupakan awal dari "kampanye kuat dan berkelanjutan" melawan kelompok militan untuk melindungi pemukiman dan pemukim.
Smotrich juga menyambut baik keputusan Trump untuk mencabut sanksi terhadap pemukim yang dituduh melakukan kekerasan terhadap warga Palestina.
Di hari-hari sebelum operasi militer di Jenin, warga Palestina melaporkan munculnya banyak pos pemeriksaan di seluruh wilayah Tepi Barat, di mana kekerasan meningkat sejak perang di Gaza dimulai.
Pada Senin malam, sekelompok pemukim Israel menyerang warga Palestina, menghancurkan mobil, dan membakar properti di desa al-Funduq, dekat Qalqilya, setelah tiga warga Israel tewas dalam penembakan di wilayah tersebut awal bulan ini.
"Di sini ada bengkel kayu tempat saya bekerja selama delapan tahun," kata Abdulmalek Farajallah. "Mereka membakarnya, juga bangunan dan mobil tetangga kami di sana. Tidak ada yang bisa berbuat apa-apa."
Militer Israel menyatakan telah membuka penyelidikan atas insiden tersebut, yang melibatkan puluhan warga sipil Israel, beberapa di antaranya mengenakan topeng.
Sikap Otoritas Palestina
Sementara itu, Otoritas Palestina mengutuk serangan pemukim di al-Funduq serta munculnya pos-pos pemeriksaan baru, yang mereka katakan bertujuan untuk "memecah-belah Tepi Barat."
Dalam pernyataannya, kantor Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan kepada pemerintahan baru AS untuk campur tangan dan menghentikan tindakan serta kebijakan Israel yang tidak akan membawa perdamaian dan keamanan bagi siapa pun.
Lebih dari 700.000 pemukim Israel tinggal di antara 2,7 juta warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, wilayah yang direbut Israel pada 1967. Sebagian besar negara menganggap pemukiman Israel di wilayah yang direbut dalam perang sebagai ilegal, meskipun Israel membantah hal ini dengan mengutip ikatan sejarah dan alkitabiah dengan tanah tersebut.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Gencatan Senjata Dimulai, Hamas Bebaskan 3 Sandera Wanita
Next Article Video: AS Sanksi 2 Kelompok Ekstremis Israel di Tepi Barat