Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI) tengah bersiap menghadapi lonjakan penumpang dan potensi cuaca ekstrem selama periode Natal dan Tahun Baru (Nataru). Periode puncak ini selalu menjadi tantangan tersendiri karena arus mobilitas masyarakat meningkat tajam, sementara kondisi cuaca di laut juga kerap tidak menentu. Untuk itu, perusahaan memperkuat seluruh aspek operasional, mulai dari manajemen pelayaran, kesiapan awak kapal, hingga pengaturan kepadatan penumpang.
Direktur Utama PT PELNI (Persero) Tri Andayani menegaskan, pihaknya telah mengantisipasi seluruh risiko terkait cuaca. Ia mengungkapkan bahwa informasi dari BMKG menjadi dasar utama langkah mitigasi.
"Mengenai cuaca ekstrem memang selama Nataru (Natal dan Tahun Baru) potensi cuaca ekstrem sudah dikonfirmasi oleh BMKG. Jadi, info itu tentu kami sebagai operator akan melakukan antisipasi sebaik-baiknya. Beberapa tantangan kalau kapal kita kena cuaca ekstrem itu adalah delay atau keterlambatan pada saat cuaca ekstrem," ujarnya dalam konferensi pers Pelni, Rabu (10/12/2025).
Pengelolaan sumber daya manusia menjadi fokus penting, mengingat durasi pelayaran kapal PELNI yang dapat berlangsung lebih dari satu hari. Perusahaan harus memastikan ritme kerja awak kapal tetap sesuai regulasi sekaligus menjaga pelayanan prima bagi penumpang.
"Terkait dengan kesiapan petugas, tentu kami menyadari bahwa kapal-kapal kami itu berlayar lebih dari 24 jam, sehingga dalam sehari aja kan aturannya kan bekerja maksimum 8 jam, ya. Ada tiga shift di tempat kita, posisi pekerjaan di atas kapal. Penambahan petugas kebersihan dan penambahan petugas keamanan selalu dilakukan di masa peak season," katanya.
Sementara itu, Direktur Usaha Angkutan Penumpang PT PELNI, Nuraini Dessy W., memaparkan strategi perusahaan dalam mengelola kapasitas penumpang yang selalu membludak saat Nataru. Ia menyebut dispensasi kapasitas tidak diberlakukan secara merata untuk setiap kapal, melainkan melalui perhitungan teknis yang ketat.
"Memang ketika kita meminta dispensasi kapal penumpang, tidak semua kapal kita mintakan rata. Jadi, ada ekuivalennya, dari mulai 16% sampai dengan 65%. Pengukuran dilakukan oleh tim ahli di Kementerian Perhubungan, mengukur rata-rata untuk ruang-ruang yang kosong di atas penumpang, berapa persen yang memang dianggap layak untuk ruang-ruang tersebut diisi untuk ekstra penumpang," kata Dessy.
Hal ini membuat sebagian penumpang harus berada di area dek tanpa fasilitas tempat duduk maupun kasur. Untuk menjaga kenyamanan di tengah kondisi tersebut, PELNI memperkuat layanan kebersihan dan keamanan. Perusahaan menggandakan jumlah petugas kebersihan serta mendapatkan tambahan personel keamanan dari TNI AL selama masa pelayaran.
"Kondisi di atas kapal menjadi sedikit tidak nyaman, sehingga untuk mengimbangi itu, kami menambahkan tenaga kebersihan, dua bahkan tiga kali lipat dari reguler, lalu petugas pengamanan (Satuan Pengamanan) ditambah oleh teman-teman TNI Angkatan Laut yang ikut selama pelayaran berlangsung," ungkap Dirut Pelni Tri Andayani.
Tak hanya itu, pengawasan di area kapal turut ditingkatkan melalui pemasangan CCTV di berbagai titik strategis. Langkah ini menjadi bentuk komitmen PELNI dalam menjaga keamanan penumpang, terutama saat kapal beroperasi dalam kondisi padat.
"CCTV dipasang di sudut-sudut strategis, baik di dalam kapal maupun di bagian luar kapal. Kami menginginkan seluruh penumpang kami, walaupun dalam kondisi padat, tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kecopetan," ujar Tri Andayani.
Foto: Direktur Utama Pelni, Tri Andayani. (CNBC Indonesia/Ferri Sandi)
Direktur Utama Pelni, Tri Andayani. (CNBC Indonesia/Ferri Sandi)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
















































