REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Semarang pela-pelan bangun pada Kamis (20/11/2025), tapi di Patrajasa Hotel suasana sudah lama menghangat sebelum matahari sepenuhnya naik. Ballroom yang megah itu terasa seperti ruang tunggu menuju babak baru hidup seseorang.
Toga-toga biru bergoyang halus setiap kali ada yang menarik napas. Harapan duduk rapi di kursi-kursi berderet panjang.
Ketika Rektor Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI) Prof Dr Ir Mochamad Wahyudi berdiri di podium, ruangan mendadak senyap seperti halaman pertama buku yang kamu buka dengan hati hati agar ceritanya tidak langsung habis.
Sambutannya dibuka dengan kalimat yang menampar lembut perasaan banyak orang .
“Hari ini momen bersejarah yang sangat istimewa bagi kita semua terutama bagi para UBSI. Wisuda ini bukan sekadar seremoni akademik tetapi juga puncak kerja keras ketekunan dan semangat juang yang saudara tunjukan selama menempuh pendidikan.”
Di barisan tengah, beberapa wisudawan terlihat menunduk. Ada yang memainkan jari, ada yang menelan haru, ada yang tersenyum kecil. Seperti baru tersadar bahwa semua lembur, kecemasan, dan perjuangan diam diam ternyata dihitung juga oleh semesta.
Rektor kemudian memperlihatkan skala besar keluarga UBSI “Wisuda Periode Semester Gasal 2025/2026 ini secara keseluruhan diikuti 7.850 wisudawan. Sedangkan wisudawan hari ini di Kota Semarang berjumlah 312 wisudawan.”
Suasana berubah lebih lembut ketika ia menyampaikan ucapan terima kasih “Ucapan terima kasih yang tulus juga kami sampaikan kepada bapak/ibu, saudara dan para orang tua wali wisudawan yang telah mempercayakan pendidikan putra-putrinya kepada kami.”
Pada kalimat itu, ballroom terasa seperti ruang keluarga. Ada ayah yang mengangguk dengan mata berkaca kaca. Ada ibu yang pura pura merapikan jilbab agar tangisnya tidak terlihat.
Setelah itu, Prof Wahyudi membawa audiens berjalan sebentar menyusuri capaian kampus. “UBSI telah meraih akreditasi perguruan tinggi dengan Peringkat Unggul dari BAN PT. Selain itu, UBSI sebagai Kampus Digital Kreatif masuk 50 besar perguruan tinggi top versi Science and Technology Index SINTA Kemdiktisaintek.”
Optimisme itu lalu dilanjutkan dengan harapan yang terasa seperti dorongan lembut di bahu “Dengan partisipasi aktif alumni kami optimis UBSI akan terus berkembang dan memberikan kontribusi yang lebih besar bagi bangsa dan masyarakat.”
Sambutan bergerak ke titik yang paling personal ketika ia memperkenalkan rumah kedua para lulusan “Izinkan kami memperkenalkan Ikatan Alumni UBSI. Seluruh wisudawan yang akan diwisuda hari ini secara otomatis menjadi bagian dari IKAUBSI.”
Seperti orang tua yang menepuk pundak anaknya sebelum merantau, ia menambahkan “Kami berharap saudara dapat memberikan kontribusi positif terhadap almamater baik secara moril maupun materil.”
Bagian penutup sambutan terasa seperti selimut tipis yang hangat “Atas nama pimpinan dan seluruh civitas akademik UBSI kami mengucapkan selamat dan sukses atas kelulusan saudara. Jagalah selalu nama baik almamater dimanapun saudara berada.”
Kalimat itu sederhana tapi punya daya. Ia tidak hanya mengucapkan selamat, tapi juga mengingatkan hari ini bukan garis finis. Ini titik awal, tanjakan pertama, pintu yang baru saja dibuka.
Pagi itu, sambutan sang Rektor bukan sekadar pidato panjang. Ia jadi cermin kecil tempat wisudawan melihat kembali perjalanan mereka, mulai dari haru, lelah, bangga, dan semua yang sulit dijelaskan dengan satu kata.
Patrajasa Hotel Semarang menjadi saksi bahwa kamu berdiri di sebuah batas, meninggalkan masa belajar, memasuki masa mencari. Dan untuk sekali ini, semua orang di ruangan sepakat bahwa perjalananmu baru saja dimulai.

1 hour ago
1
















































