Overdosis Medsos, Aisyiyah Minta RI Tiru Kebijakan Pembatasan Australia dan Malaysia

1 hour ago 1

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah menyampaikan hasil pemantauan Pemilu 2024, Kamis (22/2/2024).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Perkembangan teknologi digital diibaratkan seperti Dewa Janus, memiliki dua wajah yang kontras: manfaat besar sekaligus mudarat yang mengancam, terutama bagi anak-anak. Organisasi perempuan Muhammadiyah, Aisyiyah menilai media sosial (medsos) saat ini lebih mendatangkan banyak kerugian dibandingkan manfaatnya bagi generasi muda yang belum cukup matang.

Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Aisyiyah, Dr Tri Hastuti Nur Rochimah mengungkapkan, medsos menjadi berbahaya ketika diakses oleh anak-anak yang belum memiliki pemahaman yang memadai tentang dunia digital.

"Perkembangan digital itu seperti Dewa Janus, berwajah dua, ya jahat dan baik, medsos itu pada satu sisi juga bermanfaat, tetapi ketika anak-anak itu belum bisa memahami tentang dunia medsos itulah kemudian jadi berbahaya," kata Tri Hastuti kepada Republika, Selasa (25/11/2025).

Menanggapi kondisi darurat tersebut, Aisyiyah mendorong Pemerintah Indonesia untuk berani mengambil langkah tegas dengan meniru kebijakan yang telah diterapkan di beberapa negara maju.

Tri menerangkan, Australia sudah menerapkan aturan untuk anak yang belum berusia 16 tahun tidak boleh punya akun medsos. Artinya, medsos tersebut bermanfaat ketika usia anak-anak mungkin sudah di atas 16 tahun atau sudah dewasa.

Menurut dia, medsos menjadi berbahaya ketika usia anak belum cukup, misalnya di bawah 16 tahun. Ia menambahkan, Malaysia bahkan akan menerapkan aturan serupa di Australia pada tahun depan.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|