Jakarta, CNBC Indonesia - Seorang petugas medis Palestina yang baru saja dibebaskan dari penjara Israel, Tarek Rabie Safi, mengungkapkan kisah pilunya selama hampir satu tahun berada dalam tahanan.
Dalam pernyataan emosional setelah pembebasannya, Safi mengatakan bahwa ia mengalami penyiksaan fisik, kelaparan, dan penolakan terhadap perawatan medis selama berada di penjara Israel.
"Saya ditahan oleh tentara Israel di 'envelop Gaza', yaitu di Sde Teiman. Saya tinggal di sana selama empat bulan dan mengalami penyiksaan fisik dan kelaparan," ujar Safi yang tampak kurus dan lemah setelah pembebasannya, dilansir dari Reuters, Selasa (18/2/2025).
Safi, seorang ayah dua anak berusia 39 tahun, adalah satu dari 369 tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel pada Sabtu (15/2/2025) sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. Pembebasan ini terjadi setelah Hamas membebaskan tiga sandera Israel yang ditahan di Gaza.
Dalam wawancara setelah pembebasannya, Safi menggambarkan kondisi yang sangat buruk selama ia ditahan. Ia mengaku bahwa para tahanan hampir tidak mendapatkan makanan, air, atau perawatan medis.
"Tidak ada makanan yang layak, tidak ada minuman, dan tidak ada perawatan medis," katanya. "Lengan saya patah, tetapi mereka tidak mengobatinya dan tidak membawa saya ke dokter."
Israel telah membantah tuduhan ini. Dalam tanggapan melalui email kepada Reuters, militer Israel menyatakan bahwa semua tahanan diberikan makanan, minuman, serta akses ke perawatan medis.
Mereka juga menegaskan bahwa jika diperlukan, tahanan akan dibawa ke fasilitas medis dengan perlengkapan yang lebih lengkap.
Namun, berbagai laporan dari organisasi hak asasi manusia dan para mantan tahanan Palestina menggambarkan kondisi yang sangat berbeda. Amnesty International tahun lalu melaporkan bahwa dari 27 tahanan Palestina yang dibebaskan, semuanya mengaku mengalami penyiksaan setidaknya satu kali selama penahanan mereka.
Safi juga menyaksikan kematian seorang tahanan Palestina di sel yang sama dengannya akibat penyiksaan dan kondisi buruk di dalam penjara.
"Seorang pemuda yang bersama saya, Mussab Haniyeh, meninggal di dalam ruangan yang sama," katanya.
"Ia adalah pria yang kuat, tetapi karena kekurangan makanan, kekurangan air, dan penyiksaan yang terus-menerus, ia meninggal di depan mata kami."
Militer Israel mengakui bahwa ada insiden kematian tahanan, tetapi mereka tidak memberikan komentar lebih lanjut karena penyelidikan masih berlangsung.
Safi sendiri ditangkap oleh tentara Israel pada Maret tahun lalu di Khan Younis, Gaza selatan. Setelah empat bulan di pusat penahanan Sde Teiman, ia dipindahkan ke berbagai penjara Israel sebelum akhirnya dibebaskan. Momen pembebasannya di Khan Younis pun diwarnai dengan pertemuan emosional bersama keluarganya.
Organisasi Palestinian Prisoner Association, yang mendokumentasikan penahanan warga Palestina oleh Israel, menuduh bahwa Israel melakukan "kejahatan sistematis dan serangan balas dendam" terhadap para tahanan Palestina.
Ketua asosiasi tersebut, Abdullah al-Zaghari, mengatakan bahwa kelompoknya telah mengumpulkan kesaksian mengerikan dari para tahanan yang mengalami pemukulan brutal, dirantai selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu tanpa makanan dan air.
"Kami telah mendokumentasikan kasus-kasus penyiksaan ekstrem, baik di dalam penjara maupun selama proses interogasi," ujar al-Zaghari.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Hamas Sebut Militer Israel Mundur Dari Koridor Netzarim Gaza
Next Article Dibunuh Israel, Ini Kisah Korban Tewas Tertua dan Termuda di Gaza