Kondisi Memprihatinkan SLB Negeri Pajajaran Bandung, Ruangan Disekat Jadi Dua Kelas

13 hours ago 2

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri A Pajajaran, Kota Bandung dalam kondisi yang memprihatinkan. Para siswa jenjang TK, SD, SMP hingga SMA terpaksa belajar dengan kondisi ruangan yang tidak representatif atau jauh dari kata laik selama mengikuti proses pembelajaran di sekolah.

Pantauan, terdapat ruangan perpustakaan yang digunakan sebagai ruangan kelas. Selain itu, sejumlah lemari besi tempat penyimpanan dokumen yang masih berada di ruangan kelas tersebut membuat tidak nyaman.

Selain itu, terdapat ruangan yang disekat beberapa bagian menggunakan lemari atau kayu digunakan untuk kelas siswa. Aktivitas belajar pun terlihat tidak nyaman sebab suara antar pengajar saling bersahutan.

Tempat belajar siswa pun terdapat di ruangan kesenian. Di sebelahnya disekat menggunakan kayu terdapat kelas kecil. Suara antar kelas yang saling timpal menjadi menganggu bagi siswa di SLB Negeri Pajajaran.

Ketua Komite Sekolah SLB Negeri A Pajajaran Dadang Ginanjar mengatakan para siswa sempat direlokasi ke SLB Cicendo karena SLB A Pajajaran akan direnovasi. Namun, setelah beres renovasi dan kembali ke sekolah ternyata ruangan menjadi berkurang.

"Yang jadi masalah ketika kembali ternyata ruangan di sini sangat kurang dalam arti yang sebelumnya ada 37 ruangan sekarang yang bisa digunakan hanya 12 ruangan saja untuk 4 jenjang, TK, SD, SMP, SMA," ujar Dadang ditemui di SLB Pajajaran, Rabu (22/7/2025).

Ia mengatakan para orangtua dan siswa harus bersabar melihat kondisi ruangan kelas yang sedikit. Dengan kondisi tersebut, Dadang mengatakan pembelajaran menjadi terganggu dan siswa sulit berkonsentrasi terlebih satu ruangan diisi dua hingga lima rombongan belajar.

"Pembelajaran sudah jelas terganggu, karena anak-anak kami terkendala penglihatan. Jadi orientasi yang digunakan itu pendengaran, mungkin bisa dilihat ketika satu ruangan ada dua guru berbicara otomatis anak tidak konsentrasi menerima pembelajaran yang harusnya dia dapatkan," kata dia.

Menurut Dadang, ia telah mendapatkan informasi jika Dinas Pendidikan Jawa Barat bakal membangun sekolah pada anggaran perubahan dan dilakukan tahun depan. Sambil menunggu, Dadang mengatakan orangtua tidak bisa berbuat banyak.

Pihaknya pun mendorong agar kepemilikan tanah yang saat ini dipegang Kemensos agar segera dihibahkan ke Provinsi Jabar. Sebab tanpa legalitas status tanah maka Pemprov Jabar tidak dapat membangun. "Karena secara administrasi pembangunan dan apapun itu tanpa status legalitas tanah tidak bisa dilakukan. Kalau SLB ini kan dibawah Pemprov Jabar," kata dia.

Dadang pun merasa perlakuan yang dialami siswa secara halus merupakan bentuk pengusiran. Sebab sejak awal berdiri memiliki 8 gedung, saat ini terus menyusut menjadi 5 gedung dan terakhir 3 gedung. "Hanya dua gedung yang bisa digunakan yakni gedung C dan B," kata dia.

Ia mengatakan para siswa menggunakan gedung baru gedung e akan tetapi penggunaannya sebagai kantor kepala sekolah. Total siswa di empat jenjang mencapai 116 siswa. Sejumlah kegiatan ekstrakurikuler pun ditiadakan karena ruangannya digunakan sebagai kelas.

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|