Harianjogja.com, JOGJA—Libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) membawa berkah bagi pelaku jasa foto jalanan di kawasan Malioboro. Wisatawan yang datang ke Jogja ramai-ramai mengabadikan momen liburan dengan mengenakan busana Jawa.
Lonjakan pemesanan jasa foto mulai terasa sejak pekan kedua Desember seiring meningkatnya jumlah wisatawan yang memadati Malioboro. Spot favorit wisatawan berada di sepanjang Jalan Malioboro hingga kawasan depan Kantor Kepatihan yang menjadi latar ikonik foto bernuansa budaya Jawa.
Wisatawan memilih berfoto dengan busana Jawa sebagai bentuk kecintaannya terhadap budaya lokal. Selain menjadi kenang-kenangan liburan, ia menilai pengalaman tersebut sebagai upaya ikut melestarikan budaya di tengah arus modernisasi.
Peningkatan customer jasa foto Malioboro mulai terjadi sejak pekan kedua Desember lalu. melonjaknya wisatawan yang berkunjung ke Malioboro mempengaruhi penambahan jumlah pemesan jasa foto. Spot foto favorit berada di sepanjang Malioboro dan depan kantor Kepatihan.
Salah satu customer jasa foto, Rudi, merupakan wisatawan dari Jakarta. Ia ke Jogja bersama teman-temannya. “Memililih ke Jogja karena budayanya, makanannya. Foto dengan baju Jawa ini untuk melestarikan budaya, bangsa supaya ga termakan waktu,” ujarnya, Sabtu (27/12/2025).
Selain itu foto di Malioboro ini menjadi kenang-kenangan selama liburan di Jogja. Ia mengaku mendapatkan info terkait jasa foto ini dari sosial media dan tertarik untuk memesannya. “Jadi pengen nyoba dan pesan dari sosial media juga,” unkapnya.
Salah satu fotografer, Syarif, menuturkan pada libur nataru ini jumlah customer foto bisa melonjak dua kali lipat dari hari biasa. “Kalau biasanya sehari 10-15 customer, sekarang bisa dua kali lipatnya, bisa sampai 27,” kata dia.
Jumlah orang yang difoto pada setiap customer pun menurutnya juga bertambah. Jika biasanya hanya dua sampai empat orang, sekarang customer bisa membawa keluarga besar. “Jadi jumlah customer dan orangnya bertambah,” paparnya.
Meski terjadi lonjakan customer, ia tidak menaikkan tarif foto, yakni Rp5.000 per file foto. Adapun untuk busana jawa ia bekerja sama dengan tempat persewaan di sekitar kantor Kepatihan dengan tarif Rp25.000 per orang dan property tambahan seperti selendang Rp5.000.
Untuk mengantisipasi kelelahan karena banyaknya customer, pihaknya melakukan penyesuaian jam operasional. Jika pada hari biasa ia beroperasi hingga malam, maka di libur nataru ini dibatasi hanya sampai sore, dengan waktu mulai yang lebih pagi.
“Khusus nataru buka jam 06.00 dan last order jam 15.00. Kalau hari biasa 08.00-19.00. Kita ubah close lebih cepet. Karena kalau malam semakin ramai pengunjung, semakin susah cari tempat foto yang sepi, itu bikin fotografer tambah capek,” katanya.
Adapun customer yang memesan jasa fotonya kebanyakan berasal dari luar daerah, terutama kota besar seperti Jakarta dan Surabaya. “Kalau dari warga Jogja sendiri jarang, biasanya hanya pesan untuk keperluan pre wedding,” kata dia.
Momen libur Nataru ini pun menjadi peluang ekonomi bagi pelaku jasa foto Malioboro, sekaligus memperkuat citra Malioboro sebagai destinasi wisata budaya favorit di Yogyakarta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

















































