Esther Sevendec Risma Haloho
Wisata | 2025-11-10 22:42:13
Dikenal dengan “Kota Pahlawan”, Surabaya menjadi saksi atas semangat perjuangan para pejuang yang telah gugur. Banyak masyarakat yang sudah mulai lupa dengan sejarah dan jejak salah satu Keraton Surabaya pada abad ke-18. Kini, kawasan keraton tersebut telah bertransformasi menjadi pemukiman bernuansa kolonial dan menjadi lokasi strategis pada masa pergerakan kemerdekaan. Kampoeng Lawas Maspati yang berada di Jalan Maspati Gang V dan VI RW VI, Kelurahan Bubutan, Kecamatan Bubutan, Kota Surabaya, sekarang menjadi destinasi wisata tematik bagi masyarakat.
Sejarah Kampoeng Lawas Maspati
Sejarah Kampung Maspati terjalin erat dengan keberadaan Keraton Surabaya pada abad ke-18, ketika kota ini masih merupakan bagian dari Kerajaan Mataram. Meski jejak kemunculan keraton tersebut hingga kini sulit dilacak, kampung ini menjadi komplek tempat tinggal para abdi dalem keraton yang ditempatkan di sini agar dekat dengan keraton dan siap kapan saja dibutuhkan.. Kata “Maspati” berasal dari sebutan daerah tempat tinggal para “Patih” atau pejabat kerajaan. Sementara kata “Lawas” menandakan kawasan tua yang masih mempertahankan bentuk aslinya.
Setelah masa kolonial, kampung ini berubah menjadi pemukiman dengan nuansa kolonial dan menjadi lokasi penting saat pergerakan kemerdekaan berlangsung. Saat ini, Kampung Lawas Maspati dikelola sendiri oleh warga setempat dan menjadi tempat wisata edukasi yang tetap menjaga bangunan bersejarah serta nilai budaya lokal. Dengan semangat kerja sama dari para penduduk, kampung ini terus berkembang menjadi destinasi wisata yang menawarkan keindahan lingkungan, budaya, dan sejarah.
Bangunan Bersejarah
- Omah Tua 1907
Dulunya, bangunan ini adalah pabrik sepatu lokal. Namun, sejak masa kependudukan Jepang, produksi pabrik tersebut dihentikan. Selama masa penjajahan, bangunan ini berubah menjadi kamp pejuang kemerdekaan serta tempat berkumpulnya para pemuda Surabaya sebelum peristiwa 10 November 1945. Saat ini, bangunan tersebut diwariskan oleh keturunan dari Sormargono bernama Bintang Aditya. Ia tetap mempertahankan bentuk asli bangunan tanpa melakukan renovasi total dan juga mengembangkannya menjadi sebuah kafe yang sering dikunjungi pada sore hari.
- Sekolah Ongko Loro
Sekolah ongko loro dulunya merupakan lembaga pendidikan rakyat atau pribumi setingkat SD pada masa penjajahan Belanda yang berperan penting dalam mengatasi buta huruf. Sekolah ini hanya memberikan pendidikan hingga kelas dua yang sesuai dengan namanya, “Ongko Loro” (Angka dua). Kini, Sekolah Ongko Loro sudah menjadi rumah bagi salah satu warga namun fasilitas seperti papan tulis, alat belajar untuk aksara Jawa hingga bentuk bangunan tetap dipertahankan sebagai bagian dari identitas yang menjadi pengingat perjuangan pendidikan bagi semua lapisan masyarakat.
- Makam Mbah Buyut Suruh
Terletak di sudut Gang VI Kampung Lawas Maspati, makam ini menjadi tempat peristirahatan Mbah Buyut Suruh dan Raden Mas Karyo Sentono, tokoh penting dalam sejarah kampung ini. Makam ini dirawat dengan baik oleh masyarakat setempat sebagai bentuk penghormatan. Saat ini, beberapa dari masyarakat sesuai dengan kepercayaan masing-masing masih sering menjalankan tradisi ke makam tersebut sebelum adanya acara pernikahan atau kegiatan lainnya.
Aktivitas Wisata dan Edukasi
Warga menjaga nilai khas kampung melalui kegiatan bersama, pelatihan budaya, program wisata edukatif, serta pembiasaan sopan santun dan tegur sapa dalam keseharian. Semua dilakukan secara sukarela dan berkelanjutan. Terdapat kerja sama erat antara masyarakat, Dinas Pariwisata, akademisi, dan Bank Indonesia. Pemerintah membantu promosi dan pelatihan, sementara perguruan tinggi memberikan pendampingan dan inovasi program berbasis masyarakat. Adapun beberapa aktivitas pada Kampoeng Lawas Maspati yaitu :
- Dolanan Lawas
Dolanan Lawas Kampung Lawas Maspati adalah tempat yang menawarkan pengalaman nostalgia bagi wisatawan dengan berbagai permainan tradisional yang seru dan bermanfaat. Tempat ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga berupaya melestarikan permainan tradisional yang mulai dilupakan seiring berkembangnya zaman. Berbagai permainan seperti ular tangga, papan catur raksasa, teklek (bakiak), ingkling (engklek), hingga dakon tersedia di sini. Wisatawan bisa ikut bermain bersama warga setempat atau dengan wisatawan lain, dengan didampingi oleh pemandu wisata yang akan menjelaskan sejarah dan cerita di balik setiap permainan. Pengalaman ini menyenangkan sekaligus memperkenalkan kembali warisan budaya yang sedang terancam hilang.
- Produksi House
Produksi House adalah atraksi wisata yang menampilkan bagaimana masyarakat setempat memanfaatkan bahan-bahan lokal dengan cara yang kreatif dan bernilai ekonomi. Wisatawan dapat melihat proses pembuatan berbagai produk seperti keripik bayam, sewel, teh herbal, cincau, kerupuk pasir, hingga kopi sangrai menggunakan teknik tradisional yang unik. Selain menyaksikan, wisatawan juga bisa mencoba proses tersebut langsung dengan bimbingan warga setempat. Mereka juga diberi kesempatan mencicipi hasil olahan khas dari kampung ini. Produksi House adalah pengalaman yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga memberi pemahaman tentang kearifan lokal dalam penggunaan sumber daya alam secara inovatif.
- Edukasi Lingkungan
Di tengah kehidupan yang serba modern, Kampung Lawas Maspati menawarkan pengalaman unik melalui lingkungan alaminya. Wisatawan dapat melihat langsung bagaimana warga menerapkan konsep hijau dan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari kebun tanaman obat (TOGA) yang asri yang bertujuan membantu masyarakat dalam penanganan darurat jika ada sakit, hidroponik, pertanian perkotaan (urban farming), bank sampah, pembuatan kompos, serta Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Selain itu, ada juga budidaya ikan lele yang menjadi bagian dari upaya meningkatkan ketahanan pangan lokal. Dengan bimbingan tour guide yang ramah, wisatawan akan mendapatkan wawasan serta kesempatan untuk belajar langsung dari warga setempat.
Kampoeng Lawas Maspati menyimpan kenangan sejarah yang terus hidup bersama kehidupan warga yang hangat dan penuh perhatian. Setiap sudut tempat ini menceritakan masa lalu yang masih relevan hingga hari ini. Wisatawan bisa merasakan suasana desa yang kaya akan budaya dan semangat kerja sama. Tempat ini tidak hanya bisa dikunjungi, tetapi juga harus dirasakan dan diingat oleh siapa pun yang datang.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

2 hours ago
2














































