Jakarta, CNBC Indonesia - Kelas menengah di Indonesia mengalami penurunan. Hal ini terungkap dari data Badan Riset dan Inovasi Nasional yang menunjukkan jumlah kelas menengah turun dari 57,33 juta orang pada 2019 menjadi 48,27 juta jiwa pada 2023.
Penurunan sebesar 18,8% atau sekitar 9,06 juta jiwa ini memberikan dampak besar bagi perekonomian nasional, khususnya dalam penyerapan produk atau konsumsi.
Mantan Menteri Keuangan sekaligus anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Chatib Basri menjelaskan penurunan jumlah kelas menengah ini disebabkan oleh menurunnya lapangan pekerjaan dalam sektor manufaktur.
"Lapangan pekerjaan yang bisa menciptakan pekerjaan untuk kelas menengah adalah manufacturing. Masalahnya dalam beberapa tahun terakhir share manufacturing terhadap GDP mengalami penyusutan. Jadi ini adalah challenge yang harus kita hadapi," ujar Chatib dalam acara Economic Outlook SMBC, Selasa (18/2/2025).
Industri manufaktur RI memang tercatat masih loyo di sepanjang 2024. Hal ini tentu menjadi kabar buruk bagi ambisi besar pemerintah dalam mewujudkan target pertumbuhan sebesar 8% dan menjadi negara maju. Tanpa manufaktur yang kuat maka sulit bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara kelas menengah atau middle income trap.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan industri pengolahan atau manufaktur hanya tumbuh 4,43%. Ini adalah pertumbuhan terendah sejak 2021 atau dalam tiga tahun terakhir. Data Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia juga menunjukkan PMI sempat terkontraksi selama lima bulan pada Juli (49,3), Agustus (48,9), September (49,2), Oktober (49,2), dan November 2024 (49,6).
Terakhir kali, Indonesia mencatat kontraksi manufaktur selama lima bulan beruntun adalah pada awal pandemi Covid-19 2020 di mana aktivitas ekonomi memang dipaksa berhenti untuk mengurangi penyebaran virus.
Tak hanya itu, Chatib melihat adanya tren penurunan penciptaan kerja dalam sektor formal. Padahal, pekerjaan dalam sektor formal memberikan upah yang lebih tinggi, dengan demikian kelas menengah dapat terbentuk.
"2019-2024 sebagian besar pekerjaan yang tercipta adalah sektor informal inilah yang menjelaskan dimulainya gig economy, serta pekerjaan informal lainnya serta ada pengaruh Covid inilah yang menjelaskan kenapa kelas menengah kita mengalami penyusutan," ujarnya.
Adapun, pekerjaan di sektor gig economy termasuk driver ojek online dan kurir, serta freelancer di sektor jasa. Sebagai catatan, pekerja gig memiliki kerentanan yang lebih tinggi karena tidak sepenuhnya terlindungi oleh skema perlindungan sosial karena mereka umumnya berstatus paruh waktu.
(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Selamatkan Industri Mebel, Pemerintah Diminta Bereskan Regulasi
Next Article Fenomena Gig Economy Bikin Jokowi Cemas Sampai Bilang Hati-Hati