Multaqo Kebrutalan G30S PKI: Sejahtera-Gemah Ripah Loh Jinawi dengan Kapitalisme-Demokrasi dan Komunisme Mimpi?

3 hours ago 1
Sejumlah ulama dari berbagai daerah mengajak mengingat dan mengulik tentang Kebrutalan G30S PKI dalam Multaqo Ulama Nusantara di Jakarta, Sabtu (18/10/2025). (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)Sejumlah ulama dari berbagai daerah mengajak mengingat dan mengulik tentang Kebrutalan G30S PKI dalam Multaqo Ulama Nusantara di Jakarta, Sabtu (18/10/2025). (Foto: Dok RUZKA INDONESIA)

RUZKA–REPUBLIKA NETWORK – Peristiwa “tragedi” G30S PKI merupakan satu-satunya “tragedi nasional” yang sangat traumatik dan unforgettable yang selalu tersimpan di dalam memori kolektif bangsa Indonesia, bahkan terutama umat Islam dan jejak kebiadaban komunisme di dunia.

Kebiadaban Komunisme tersebut kembali diingatkan sejumlah ulama dalam diskusi Multaqo Ulama Nusantara bertema Kebrutalan G30S PKI yang digelar di Hotel Alia Jakarta, Sabtu (18/10/2025). Multaqo kali ini mencoba mengingat dan mengulik subtema "Sejahtera-Gemah Ripah Loh Jinawi dengan Kapitalisme-Demokrasi dan Komunisme Mimpi?"

Dengan gambaran tragedi G30S PKI sebagai tragedi nasional telah menjelaskan bahwa peristiwa pemberontakan PKI tidak hanya terjadi tahun 1965, juga pernah terjadi pada tahun 1948 dan banyak memakan korban umat Islam. Hal itu diungkapkan ulama dari Banten, KH Dr MS Suhary AM, MA.

Sementara Kyai Usman Zahid (Jateng) melihat jejak kebiadaban komunisme di dunia juga telah menggambarkan betapa biadabnya komunisme dan korban yang terjadi akibat revolusi komunisme. Hal itu terlihat dari perilaku komunis China terhadap kaum muslimin di Uighur yang sampai saat ini masih berlangsung

Mengenai momentum yang luar biasa dari peristiwa G30S PKI dan “isu Nepal”, Kyai Ryan menuturkan bisa dielaborasi secara optimal kegagalan dan kebrutalan komunisme, untuk perubahan menuju Islam, idoelogi Islam, Syariat Islam, dan Khilafah Islam.

"Menjelaskan bahwa momentum peringatan bahaya laten komunisme melalui peristiwa G30S PKI, telah menunjukkan kebiadaban dan kebrutalan komunisme. Peristiwa Nepal yang menjadi momentum, juga untuk menjelaskan betapa brutalnya dan rusaknya ideologi komunisme yang menyebabkan terjadi aksi demikian. Menggambarkan bahwa saatnya perubahan menuju kepada Islam, Ideologi Islam, syariat Islam, dan Khilafah Islamiyah," tandas Kyai Ryan.

Lalu Kyai Arim Nasim dari Jawa Barat mengulik soal Kapitalisme-Demokrasi-Sekulerisme-Komunisme sebagai Ummul Jara'im, pangkal kejahatan dan kehancuran umat manusia.

"Fakta-fakta kerusakan Kapitalisme-Demokrasi, sehingga berharap pada Kapitalisme untuk menjadi solusi Komunisme adalah kesalahan fatal. Juga fakta-fakta kebrutalan Komunisme berupa kehancuran yang ditimbulkan kapitalisme dan komunisme terhadap negeri ini dan dunia," urai Kyai Arim Nasim.

Buya Azwir (Sumatera Utara) memberi bukti nyata kerusakan akibat Kapitalisme-Demokrasi dan Komunisme yang diterapkan di dunia, Gaza telah menderita dengan kebiadaban Zionis. "Negeri-negeri Islam yang menerapkan Kapitalisme-Demokrasi dan Komunisme, dan Nation State tidak mampu membebaskan Palestina," kritiknya.

Sejumlah tokoh agama juga ikut bersuara, seperti Kyai Fajar (Jawa Timur), Kyai Muhyidin (Bogor), Abah Narko (DI Yogyakarta), KH Nizar Khosan (Kalimantan Timur), Kyai Fathurrahman (Sulawesi Selatan), Gus Syam (Megapolitan), Kyai Ali Bayanullah (Jawa Barat), Ustadz Thoha Khilili (Jawa Timur), Kyai Hakim (Jawa Barat), dan Kyai Yasin (Banten).

Dalam gelaran Multaqo "Peringatan G30S PKI" ini, para ulama yang hadir kembali mengingatkan bahwa dari awal kelahiran bangsa ini, umat Islam sudah berkorban besar dan memberikan segalanya untuk memperbaiki bangsa ini. Sampai saat ini umat Islam masih memberikan kontribusi yang besar untuk negeri ini.

"Jasa umat Islam sangat besar terhadap negeri ini, baik pada masa lampau dan saat ini, tanpa umat Islam negeri ini sudah dan akan hancur. Untuk itulah saatnya umat Islam tampil kembali dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara tentunya dengan Islam," ungkap KH Tb Entus Saefudin dalam pengantar pernyataannya yang menyebut ada dua alasan yang mendasarinya.

Pertama dan yang paling utama, lanjutnya, karena Islam merupakan agama dan syariat yang diturunkan Alloh SWT Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur serta tentunya “Warisan” Rasulullah Muhammad SAW, Utusan Alloh SWT yang layak menjadi suri tauladan bagi manusia.

Kedua, selama masa keemasannya Islam pernah menaungi dunia dan memberikan keberkahan, keamanan, dan kesejahteraan. Maka ketika Islam diterapkan, pasti akan menyelamatkan dunia dan negeri ini.

Maka sudah saatnya perubahan menuju era baru, Era Islam yang mengatur dan menaungi negeri ini, karena hanya dengan Islam yang diterapkan secara kaffah sajalah Rahmat Alloh Swt akan membersamai negeri tercinta ini, sudah saatnya menyelamatkan Indonesia dari kebangkrutan kapitalisme dan kebrutalan komunisme. Dan Indonesia berpotensi menjadi daulatul ula fil alam, dengan kekuatan SDM, SDA, dan geopolitiknya.

"Maka arah perjuangan dakwah harus jelas, yakni untuk terapkan syariat Islam secara kaffah. Dan itu adalah satu-satunya solusi. Perkara ini tidak bisa tidak, harus digawangi oleh ashab al fa'aliyyah al haqiqiyyah. Para ulama sebagai ‘uyunul ummah dan min akhyaril ummah harus berada di garda terdepan. Ulama mempunyai kewajiban bukan hanya menjaga bangsa dari kerusakan dan kehancuran, tetapi juga harus bahu membahu, suka dan duka bersama dalam dakwah yang mulia ini, untuk melanjutkan kehidupan Islam dalam institusi formal. Serta menawarkan sistem pengganti yang mampu memberikan solusi tuntas atas krisis multi dimensi, dan problematika utama umat ini yakni dengan sistem yang diwariskan Rasulullah SAW, yaitu Khilafah Rosyidah ‘Ala Minhajin Nubuwwah," tandasnya.

Berikut adalah kutipan pernyataan Ulama Nusantara berupa pertimbangan dan pernyataan para ulama tersebut, sekaligus menutup acara Multaqo Mengingat Kebrutalan G30S PKI yang menyoroti dan mempertanyakan, "Sejahtera-gemah ripah loh jinawi dengan Kapitalisme-Demokrasi dan Komunisme mimpi?!"

Dengan mempertimbangkan beberapa kondisi:

1. Bahwa momentum G30S PKI, merupakan pengingat akan bahaya, kebrutalan dan kebiadaban dari komunisme.

2. Kapitalisme-Demokrasi tidak bisa menjadi solusi terhadap Komunisme

3. Kondisi Negeri ini tidak baik-baik saja, bahkan sudah menuju jurang kehancuran, di mana hutang menumpuk, kehidupan sosial rusak (LGBT dan lain-lain), keadilan dalam hukum tidak terbukti, harta kekayaan negeri dicuri dan diambil oleh asing dan aseng, hutang luar negeri yang semakin besar.

4. Umat Islam adalah penjaga keutuhan negeri ini dan terbukti telah menjadi penjaga terpercaya dalam mengawal negeri ini dengan kecintaan. Dengan takbir dan gelora jihad mempertahankan negeri ini.

5. Bahwa Kapitalisme-Demokrasi dan komunisme penyebab semua kerusakan yang menerpa negeri ini, sehingga jatuh pada kehancuran.

6. Berharap sejahtera pada kedua ideologi yakni Kapitalisme-Demokrasi dan Komunisme adalah mimpi yang tak akan tercapai.

7. Indonesia adalah negeri yang kaya akan SDA dan memiliki geopolitik yang strategis, dengan SDM yang mampu menunjang, sehingga sangat berpotensi untuk menjadi “Daulatul Ula fil Alam” (negara maju dan adidaya).

Maka, dengan mempertimbangkan berbagai hal tersebut, kami ulama yang hadir dalam Multaqo “Peringatan G30S PKI”, sebagai bentuk kecintaan kami terhadap negeri ini menyatakan:

1. Menyerukan agar umat mengingat terus terkait bahaya Komunisme atas negeri ini dan kehancuran yang diakibatkannya, sehingga harus membuang jauh-jauh ideologi ini.

2. Menyerukan kepada seluruh umat Islam dan terlebih para ulamanya untuk membuang jauh-jauh ideologi Kapitalisme-Demokrasi dan komunisme yang telah terbukti menyebabkan kehancuran negeri ini.

3. Mengingatkan umat bahwa berharap kesejahteraan pada Kapitalisme-Demokrasi dan Komunisme adalah mimpi.

4. Menyerukan seluruh umat dan tokoh-tokoh umat terlebih para ulama untuk bersama-sama memperjuangkan Syariah Islam secara kaffah, sebagai kewajiban syar’i dan solusi fundamental untuk menggantikan penerapan sistem Sekuler Kapitalisme-Demokrasi yang menjadi akar masalah dan kerusakan di negeri ini.

5. Mengingatkan umat bahwa semua propaganda yang menyudutkan ajaran Islam, syariat Islam, dan Khilafah Islam adalah dalam rangka menjadikan umat sebagai objek bahkan maf’ul biih, dan menjauhkan umat dari Islam.

6. Negeri ini memiliki potensi untuk menjadi negara besar (ad daulatul Ula fil alam), dengan menerapkan Islam secara kaffah dalam bingkai khilafah ala minhajin nubuwwah.

Demikian pernyataan sikap kami, semoga Allah meridhoi kita semua.

وَمَا النَّصْرُ إِلاَّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْم

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

اِهْدِنَاالصٍرَاطَ الْمُيسْتَقِيْم

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

(***)

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|