Jakarta, CNBC Indonesia - Sentra toko buku kawasan Kwitang, Jakarta Pusat terpantau masih bertahan di tengah gempuran marketplace di Tanah Air. Pantauan CNBC Indonesia, Senin (3/11/2025), tampak toko-toko buku di kawasan ini masih didatangi calon-calon pembeli, meski ada juga yang sepi tanpa pengunjung.
Hanya saja memang, penampakan saat ini tak seramai dulu, ketika toko-toko buku di kawasan Kwitang ini pernah jaya, dipadati pembeli dari berbagai golongan. Bahkan, kawasan ini dulu sempat dikenal sebagai 'surga pencinta buku' Jakarta, bagi generasi 1980-1990-an. Saat itu, ratusan pedagang berderet di trotoar. Para mahasiswa, pelajar, hingga dosen kerap menyusuri lorong-lorong kecil mencari buku pelajaran, novel sastra, hingga cetakan edisi langka.
Mereka pun menyebut Kwitang adalah tempat wajib untuk mencari koleksi buku.
Kini, hanya beberapa toko yang tersisa dan yang cukup ramai dikunjungi pelanggan pun hanya beberapa.
Menurut pengakuan pedagang yang ditemui CNBC Indonesia, dahulu sebelum adanya penertiban di 2007, ada ratusan pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan buku. Kini, hanya tersisa sekitar delapan penjual buku yang ada di kawasan tersebut, di mana empat toko menjual buku umum, tiga toko menjual buku-buku Islam, dan satu toko menjual sedikit buku di trotoar.
Subhil, salah satu pedagang bercerita sepinya toko buku Kwitang sejatinya sudah mulai terjadi sejak 2015. Namun, penurunan makin parah setelah pandemi Covid-19.
"Sebenarnya sudah mulai sepi sejak 2015, pas HP pintar sudah mulai bermunculan. Tapi makin parah sejak Covid-19, karena kan orang-orang nggak boleh ke mana-mana, setelah Covid-19, pelanggan nggak balik banyak, cuma beberapa," kata Subhil saat ditemui CNBC Indonesia, Senin (3/11/2025).
Padahal menurutnya, koleksi buku-buku yang tersedia di kawasan ini sangatlah lengkap. Mulai dari buku pelajaran SD-SMA, buku-buku materi kuliah, novel, komik, hingga buku antik dan masih banyak lagi.
"Kalau buku pelajaran sekolah, mungkin saat ini orangnya lagi nggak banyak karena belum semesteran, tapi pecinta novel, perlahan mulai balik lagi ke sini," lanjutnya.
Senada dengan Subhil, Tardi (bukan nama sebenarnya) mengaku, semenjak pandemi Covid-19, pelanggan memang belum kembali seperti dahulu, meski beberapa mulai kembali ke toko buku Kwitang, terutama penikmat novel dan buku-buku filosofi hidup.
"Kalau jumlah pelanggan, memang masih jauh dari yang dulu ya. Tapi belum lama ini, pelanggan mulai balik lagi, entah karena sering ketipu saat beli di online atau bagaimana," kata Tardi.
Biasanya, kata dia, kawasan toko buku Kwitang cenderung sepi pada Senin hingga Jumat dan mulai ramai saat akhir pekan.
"Kalau Senin, ya sampai Jumat, memang sepi karena kan pembaca lagi pada bekerja, kalau akhir pekan kan ada waktu luang buat cari-cari buku di sini," terangnya.
Sementara itu Yusuf (bukan nama sebenarnya), kondisinya tidak seperti toko lainnya, di mana tokonya belum berubah banyak dan masih sepi.
"Ya masih begini sejak Covid-19, belum berubah banyak, beda sama toko lain yang sudah mulai banyak lagi sejak banyak yang cari novel," kata Yusuf.
Namun, Ia tetap berjualan meski tokonya masih cukup sepi. Ia sangat bergantung pada buku-buku soal kedinasan.
"Ya paling berharap dari pelanggan yang lagi cari buku-buku soal kedinasan, atau tes CPNS, karena kalau di sini kan bisa ditawar, daripada beli di toko buku besar, lebih mahal," jelasnya.
Adapun di toko buku Kwitang, harganya cukup murah, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 200.000. Tak hanya itu saja, harga-harga buku juga bisa ditawar.
Foto: Sentra toko buku kawasan Kwitang, Jakarta Pusat masih cukup eksis meski kondisinya tak seramai dahulu sebelum makin eksisnya marketplace. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
Sentra toko buku kawasan Kwitang, Jakarta Pusat masih cukup eksis meski kondisinya tak seramai dahulu sebelum makin eksisnya marketplace. (CNBC Indonesia/Chandra Dwi Pranata)
(dce)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Apindo Dukung Marketplace Pungut PPh Pedagang Online


















































