Jakarta, CNBC Indonesia - Negosiasi panjang dan penuh ketegangan antara Ukraina dan Amerika Serikat terkait perjanjian akses eksklusif terhadap sumber daya alam strategis Ukraina kini menunjukkan percepatan signifikan.
Seorang pejabat senior yang terlibat dalam proses perundingan mengungkapkan kepada AFP bahwa kesepakatan bisa saja tercapai dalam waktu dekat.
"Negosiasinya berjalan cukup cepat," kata seorang pejabat tinggi Ukraina yang dekat dengan proses pembicaraan di Kyiv, Rabu (16/4/2025).
Perjanjian ini dirancang untuk memberikan akses istimewa bagi Amerika Serikat terhadap hasil tambang dan mineral langka milik Ukraina, dengan imbalan berupa pembayaran royalti kepada pemerintah AS dari keuntungan yang diperoleh.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi Presiden AS Donald Trump yang menginginkan adanya bentuk kompensasi atas bantuan militer dan ekonomi yang telah diberikan oleh pemerintahan pendahulunya, Joe Biden, sejak invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada awal 2022.
Awalnya, kedua negara dijadwalkan menandatangani perjanjian tersebut jauh lebih awal. Namun, insiden perselisihan terbuka antara Presiden Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dalam siaran televisi mengakibatkan proses itu tertunda.
Ketegangan politik yang melibatkan isu kedaulatan nasional Ukraina dan tuntutan transparansi dari pihak Washington sempat memperkeruh jalannya negosiasi, membuat kesepakatan strategis itu tak kunjung terealisasi. Kini, setelah berbulan-bulan mandek, proses pembicaraan kembali bergulir dengan cepat.
"Draf terbaru dari perjanjian tampaknya tidak lagi menyebutkan bantuan AS sebagai utang yang harus dibayar kembali oleh Ukraina," kata sumber tersebut kepada AFP.
Pernyataan itu juga sejalan dengan laporan Bloomberg yang dikutip AFP, yang mengabarkan bahwa pemerintah AS telah melunakkan tuntutan awalnya agar Ukraina mengembalikan semua bantuan yang telah disalurkan sejak invasi Rusia dimulai.
Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan saat menghadiri sebuah forum ekonomi di Argentina pada Senin lalu bahwa perjanjian ini bisa saja ditandatangani secepatnya dalam minggu ini.
"Kami semakin dekat pada kesepakatan. Saya tidak bisa menyebutkan tanggal pastinya, tapi ini bisa terjadi dalam beberapa hari ke depan," ungkap Bessent.
Perjanjian ini akan memungkinkan perusahaan-perusahaan pertambangan dan energi AS untuk menanamkan investasi besar di sektor sumber daya Ukraina, yang dikenal memiliki cadangan mineral langka strategis seperti litium, titanium, dan neodymium - material penting bagi industri teknologi tinggi dan militer.
Adapun kesepakatan semacam ini dipandang sebagai bagian dari strategi besar Washington untuk mengamankan rantai pasok global atas mineral penting, terutama dalam konteks persaingan teknologi dan industri dengan China.
Langkah ini juga dapat memperkuat posisi Ukraina secara ekonomi dan geopolitik, memberikan potensi pemasukan baru dari sektor mineral yang selama ini belum tergarap maksimal akibat perang.
Namun, kesepakatan ini juga menimbulkan perdebatan di dalam negeri Ukraina, karena dianggap membuka celah bagi dominasi asing atas sumber daya vital negara.
Sementara itu, pemerintah Ukraina di bawah Zelensky menghadapi dilema antara kebutuhan mendesak akan investasi dan bantuan ekonomi pascainvasi, serta tekanan publik agar tidak mengorbankan kedaulatan nasional.
Meski belum ada dokumen resmi yang dirilis, sumber yang dekat dengan perundingan mengatakan bahwa klausul-klausul terbaru mencoba menciptakan keseimbangan antara imbalan royalti untuk AS dan penguasaan penuh atas tanah dan operasi tambang oleh Ukraina.
Jika perjanjian ini berhasil ditandatangani minggu ini sebagaimana diperkirakan, maka ini akan menjadi tonggak penting dalam hubungan bilateral Kyiv-Washington, sekaligus mempertegas arah baru diplomasi ekonomi AS di kawasan Eropa Timur yang tengah dilanda krisis.
(luc/luc)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Rudal Rusia Hantam Jemaat Gereja Ukraina, 34 Tewas
Next Article 1.000 Hari Perang Rusia-Ukraina, Asa Perdamaian di Tengah Pertempuran