Pasar Bergairah, Penerbitan Obligasi Meningkat 11% Lebih

3 hours ago 3

Jakarta, CNBC Indonesia - Aldiracita Sekuritas Indonesia menyebut tren penerbitan obligasi di Tanah Air mengalami peningkatan seiring kondisi pasar surat utang yang bergairah pada tahun 2025.

Director of Investment Banking Aldiracita Sekuritas Indonesia, Anindita Cintasya mengatakan, dalam beberapa tahun terakhir, penerbitan obligasi korporasi mampu meningkat lebih dari 11%. Padahal, selama 4-5 tahun ke belakang, kondisi ekonomi nasional cukup dinamis dan mengalami fluktuasi. Namun, ternyata tren penerbitan obligasi korporasi tetap positif.

Penerbitan obligasi korporasi pun kini semakin ramai seiring penurunan suku bunga acuan yang beberapa kali dilakukan Bank Indonesia (BI) pada tahun ini hingga ke level 4,75%.

"Kita lihat bahwa akhir-akhir ini seluruh penerbitan obligasi masih bisa dikatakan majority oversubscribe, karena memang demand yang lebih besar daripada supply-nya," dia dalam Road to CNBC Awards 2025 'Best Securities and Fund Managers, Selasa (23/9/2025).

Anindita menambahkan, sejauh ini penerbitan obligasi korporasi masih lebih didominasi oleh obligasi konvensional. Setelah itu, diikuti oleh penerbitan suluk yang belakangan ini cukup luar biasa permintaannya.

Di samping itu, tren penerbitan obligasi tematik juga mulai ramai, misalnya obligasi dengan fokus pada aspek keberlanjutan seperti Green Bond dan Social Bond.

Bahkan, beberapa lembaga pembiayaan juga sudah mulai melirik penerbitan Perpetual Bond untuk meningkatkan modal inti. Sebagai informasi, Perpetual Bond adalah obligasi yang diterbitkan tanpa masa pelunasan dan pembayaran kupon dilakukan secara periodik untuk selamanya.

Selain kondisi pasar yang bergairah, ramainya penerbitan obligasi juga didukung oleh regulasi baru yang mempermudah investor untuk berinvestasi pada surat berharga.

"Jadi mungkin dari sisi investor baru mulai menginterpretasikan regulasi baru. Jadi mereka baru mulai berani untuk investasi ke beberapa jenis investasi selain obligasi korporasi pada umumnya. Jadi, (investor) mulai masuk ke sisi social bond, kemudian green bond, kemudian juga perpetual," ungkap dia.

Khusus untuk Perpetual Bond, Anindita mengaku sejauh ini baru dua issuer saja dalam beberapa tahun terakhir yang melakukan penawaran umum Perpetual Bond. Instrumen ini memang tergolong baru di Indonesia, sehingga belum begitu dikenal oleh investor. Namun, Aldiracita Sekuritas Indonesia mencoba untuk menjembatani investor dengan penerbit Perpetual Bond, sehingga akhirnya investor bisa lebih mudah dalam berinvestasi pada instrumen tersebut.

Anindita melanjutkan, Perpetual Bond dihadapkan oleh tantangan bahwa sebagian investor mungkin kesulitan menentukan tolok ukur (benchmark) instrumen tersebut bila dibandingkan dengan surat utang negara (SUN). Ini mengingat, Perpetual Bond tidak memiliki waktu jatuh tempo, berbeda dengan obligasi korporasi maupun obligasi pemerintah pada umumnya.

"Jadi kalau obligasi Perpetual itu tanpa jatuh tempo, cuma ada periode-periode tertentu yang bisa di-call sama issuer. Di situlah benchmark dari pricing-nya ditentukan," tandas dia.


(dpu/dpu)
[Gambas:Video CNBC]

Next Article Banyak Gejolak, Simak Laporan Henan Asset Terkait Kondisi di 2025

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|