Pasar Menanti Dampak Tarif AS, Harga Minyak Cenderung Stagnan

1 week ago 14

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia ditutup bervariasi dan cenderung stagnan pada perdagangan Rabu (26/3/2025). Gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina di sektor maritim serta energi menjadi faktor penyeimbang terhadap kekhawatiran pasar terkait potensi gangguan pasokan akibat ancaman tarif Amerika Serikat (AS) terhadap negara pembeli minyak Venezuela.

Harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2025 ditutup naik tipis ke US$ 73,36 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah ke US$ 69,34 per barel.

Pasar merespons positif tercapainya kesepakatan antara AS, Rusia, dan Ukraina untuk menghentikan serangan terhadap fasilitas energi dan jalur maritim. Sebagai imbalan, Washington akan mempertimbangkan pencabutan beberapa sanksi terhadap Moskow. Namun, skeptisisme tetap ada mengenai implementasi kesepakatan ini, mengingat hubungan yang masih tegang antara Kyiv dan Moskow.

Di sisi lain, ancaman tarif AS terhadap negara yang mengimpor minyak dari Venezuela telah meningkatkan kekhawatiran pasar. Kebijakan ini disebut dapat menekan pasokan global, mengingat Venezuela adalah salah satu eksportir utama minyak mentah. Kebijakan tarif juga berpotensi menghambat operasi kilang minyak independen di China yang menjadi salah satu pembeli utama minyak Venezuela.

Minggu lalu, AS juga memperketat sanksi terhadap Iran yang semakin membatasi ekspor minyak negara tersebut. Selain itu, pemerintahan AS memperpanjang batas waktu hingga 27 Mei bagi perusahaan minyak AS, termasuk Chevron, untuk menghentikan operasinya di Venezuela. Jika izin operasi dicabut, produksi minyak di negara tersebut diperkirakan bisa turun hingga 200.000 barel per hari.

Sementara itu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+) diperkirakan tetap pada rencana untuk meningkatkan produksi minyak selama dua bulan ke depan. Beberapa anggota juga berpotensi dipaksa menyesuaikan output guna menyeimbangkan pasokan dan menjaga harga tetap stabil.

Para analis memperkirakan pasar minyak akan tetap dipasok dengan baik tahun ini, meskipun terdapat risiko dari ketidakpastian permintaan global dan dampak sanksi terhadap Venezuela dan Iran.

Dengan dinamika ini, investor dan pelaku pasar masih mencermati perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan AS, implementasi gencatan senjata Rusia-Ukraina, serta respons OPEC+ dalam menyesuaikan produksi minyak di tengah fluktuasi harga global.

CNBC Indonesia


(emb/emb)

Saksikan video di bawah ini:

Video: RUPS Tahunan Bank Mandiri Putuskan Bagi Dividen Rp43,51 Triliun

Next Article Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perkembangan Perang Rusia-Ukraina

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|