Pasar Monitor BI Rate Turun, Rupiah Masih Potensi Melemah!

3 months ago 31

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah terpantau melemah di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) akibat tekanan indeks dolar AS (DXY) yang kuat, sementara Bank Indonesia (BI) mengambil langkah berani menurunkan suku bunga acuan. 

Pasca Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengumumkan pemangkasan BI Rate, rupiah ditutup melemah 0,34% di angka Rp16.315/US$ pada perdagangan kemarin, Rabu (15/1/2025). Hal ini berbanding terbalik dengan posisi kemarin (14/1/2025) yang menguat 0,06%, berdasarkan catatan Refinitiv.

BI secara mengejutkan memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan di awal 2025.

BI menurunkan suku bunga acuannya (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75% pada hari ini. Ini adalah penurunan suku bunga pertama di tahun ini. Sebelumnya, BI memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada September tahun lalu.

Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan ketika BI menurunkan BI Rate, ini sesuai dengan stance atau pandangan bank sentral 'prostability and progrowth'. Ini pun sejalan dengan masih terbukanya ruang penurunan suku bunga. Melihat dari momentumnya, BI menilai keputusan ini sudah sesuai dengan dinamika yang ada.

"Nah, waktunya tentu saja, sesuai dinamika yang terjadi di global dan internasional, Dan itu terus kamiterus ulang-ulang dari bulan ke bulan," kata Perry, dalam paparan hasil RDG BI, Rabu (15/1/2025).

Perry pun mengatakan dinamika yang dipantau BI mencakup dinamika global dan dalam negeri. BI, katanya, sudah memperhatikan arah kejelasan kebijakan yang terutama ditempuh pemerintah AS dan Fed Fund Rate (FFR).

BI mencermati bahwa inflasi dalam negeri cukup rendah dan akan tetap rendah ke depannya. Dengan inflasi rendah, maka ruang penurunan suku bunga terbuka ke depannya.

Selain itu, BI yakin nilai tukar rupiah saat ini tetap stabil dan sejalan dengan nilai fundamentalnya.

BI melihat ada kecenderungan pertumbuhan ekonomi lebih rendah pada tahun ini. Pelemahan ini telah muncul sejak kuartal IV-2024 yang diperkirakan akan lebih rendah dari perkiraan.

Ekonom Bank Danamon Hosianna Evalita Situmorang memperkirakan, dengan pertimbangan dinamika suku bunga tersebut, khusus kuartal I-2025 kurs rupiah berpotensi tertekan di level atas Rp 16.300/US$. Di dorong potensi terus menguatnya dolar AS karena data-data ekonomi AS terus menunjukan penguatan.

"Dengan Rupiah yang berpotensi bergerak di kisaran 16.300 pada Q1-2025, mengikuti tren mata uang Asia lainnya seperti Baht Thailand, Peso Filipina, dan Rupee India, tekanan depresiasi diperkirakan akan terus berlanjut," tegasnya kepada CNBC Indonesia, dikutip Kamis (16/1/2025).

Meski begitu, ia meyakini, pelemahan kurs ke depan ini masih akan terkendali bagi BI, karena adanya instrumen operasi moneter BI, yakni Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang menarik bagi investor asing, sehingga pasokan dolar AS juga masih akan terjaga di dalam negeri.

"Bank Indonesia dapat mempertahankan penerbitan SRBI untuk mendukung Rupiah. Penerbitan obligasi bruto diproyeksikan meningkat menjadi Rp1.442 triliun, dengan porsi yang signifikan karena obligasi yang jatuh tempo," tutur Hosianna.

Teknikal Rupiah 

Secara teknikal, pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS masih melemah setelah menembus resistance Rp16.300/US$, kini resistance baru yang potensi diuji atau area pelemahan terdekat bisa ke posisi Rp16.470/US$ yang didapatkan dari high candle 24 Juni 2024. 

Sementara untuk support atau posisi penguatan terdekat jika ada pembalikan arah di Rp16.175/US$ yang ditarik dari garis rata-rata selama 20 hari atau Moving Average/MA 20 daily, 

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH 


(tsn/tsn)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Rupiah Melemah & IHSG Awal Pekan Ambruk Lebih Dari 1%, Ada Apa?

Next Article Habis Menguat Tajam, Rupiah Siap Menanti Prospek Suku Bunga

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|