Jakarta, CNBC Indonesia - Efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah diakui berdampak besar pada berbagai sektor, termasuk industri pariwisata. Akibat pemangkasan anggaran, perjalanan dinas membuat pelaku industri hotel dan restoran kini harus memutar otak mencari pasar baru, dan meningkatkan daya beli wisatawan agar tetap bisa bertahan serta berkembang.
Karena itu, Deputi Bidang Industri dan Investasi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Rizki Handayani Mustafa mengatakan, strategi baru sangat diperlukan untuk meningkatkan kontribusi sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
"Sekarang kita dibebankan devisa yang lebih tinggi. Spending wisatawan juga harus lebih tinggi. Kalau spending naik, berarti harus ada barang atau layanan yang mereka beli," kata Rizki dalam acara Musyawarah Nasional PHRI, Selasa (11/2/2025).
Rizki menilai tren wisata saat ini telah bergeser dari kuantitas ke kualitas. Wisatawan dengan daya beli tinggi lebih cenderung mencari pengalaman yang unik dan eksklusif. Oleh karena itu, Kemenpar tengah mendorong beberapa segmen wisata baru yang dianggap mampu mendatangkan wisatawan dengan pengeluaran lebih besar, seperti wellness tourism atau wisata berbasis kesehatan dan kebugaran, seperti wellness resort dan spa premium.
Kemudian, bisa juga dengan gastronomi atau wisata kuliner berbasis pengalaman, misalnya tur mencicipi masakan khas daerah atau kelas memasak tradisional. Serta, wisata bahari, di mana pengembangan marina dan boating sebagai daya tarik baru bagi wisatawan kelas atas.
"Saat ini industri yacht (perahu pesiar) sedang berkembang pesat di Asia. Kita juga perlu mulai menggarapnya, meskipun masih ada regulasi yang tumpang tindih," ungkapnya.
Selain itu, Kemenpar mulai mempertimbangkan pengembangan edutrip, yaitu wisata berbasis edukasi yang menyasar segmen wisatawan dengan minat khusus. Contohnya, wisata bertema arsitektur Indonesia atau wastra (kain tradisional Nusantara), yang dapat menarik wisatawan asing maupun domestik yang ingin belajar lebih dalam tentang budaya Indonesia.
"Mungkin ini niche market, tapi mereka punya daya beli tinggi dan bisa membelanjakan lebih banyak. Kita perlu menciptakan paket-paket wisata yang sesuai dengan kebutuhan mereka," terang dia.
Menjelang bulan Ramadan, sebutnya, Kemenpar juga melihat peluang untuk menarik lebih banyak tamu ke hotel melalui konsep hotel Itikaf.
"Saya pernah coba di Sahid Hotel, bikin acara Itikaf. Mulai dari buka puasa sampai malam, ada yang menginap di hotel, ada yang hanya di ballroom. Ini tetap ada spending," kata Rizki.
Konsep ini bisa menjadi peluang baru bagi hotel-hotel yang ingin tetap mendapatkan okupansi tinggi di tengah rendahnya government spending saat ini.
(dce)
Saksikan video di bawah ini:
Video: Pemerintah Mau Hemat Anggaran, Pengusaha Hotel "Menjerit"
Next Article Korupsi Timah Bawa Petaka di Bangka Belitung, Ratusan Orang Korban