Perang Baru Trump Menggila, "Makan Korban" 3 Negara

4 hours ago 2
Daftar Isi

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan geopolitik global memanas setelah mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melancarkan serangkaian ancaman dan tindakan agresif, yang menargetkan tiga negara berdaulat di dua benua berbeda. Dua produsen minyak utama di Amerika Latin, Venezuela dan Kolombia, serta negara Afrika, Nigeria, secara simultan menjadi sasaran "gertakan perang", operasi militer rahasia, pemutusan bantuan total, hingga serangan diplomatik yang keras.

Eskalasi ini mencerminkan lonjakan risiko konflik yang dapat mengganggu stabilitas kawasan kaya sumber daya, terutama minyak, dan memicu ketidakpastian global yang lebih besar. Bagaimana itu terjadi?

Berikut rangkuman CNBC Indonesia, Selasa (4/11/2025):

1. Venezuela: Operasi Rahasia CIA dan Ancaman Serangan Darat

Hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela anjlok ke titik terendah setelah Presiden Donald Trump melancarkan agresi militer yang difokuskan di perairan Karibia Selatan. Eskalasi ini ditandai dengan pengerahan kekuatan tempur signifikan oleh AS.

Setidaknya delapan kapal perang dan satu kapal selam dikerahkan, bersama dengan pesawat tempur F-35, untuk menyerang kapal-kapal yang dicurigai terkait dengan perdagangan narkotika. Sejak September 2025, operasi ini dilaporkan telah menewaskan sedikitnya 32 orang hingga pertengahan Oktober.

Agresi tersebut diklaim Washington menargetkan kapal-kapal yang dioperasikan oleh kartel narkoba, termasuk geng teroris Tren de Aragua dan National Liberation Army. Kelompok-kelompok ini dituduh berada di bawah kendali Presiden Nicolás Maduro. Dalam upaya untuk meningkatkan tekanan terhadap rezim di Caracas, Presiden AS Donald Trump bahkan mengonfirmasi bahwa ia telah mengizinkan pengerahan operasi rahasia yang dilaksanakan oleh Badan Intelijen Pusat (CIA).

"Saya telah mengizinkan operasi rahasia CIA di Venezuela. Serangan darat mungkin akan menyusul," kata Trump.

Presiden Venezuela Nicolás Maduro membalas tindakan tersebut dengan kemarahan, menuding Washington menggunakan kekuatan militer secara tidak sah di luar perairannya dan bertujuan melengserkan rezimnya.

"Amerika Serikat adalah pembunuh yang berkeliaran di Karibia," tegas Maduro.

2. Kolombia: Dicap 'Gembong Narkoba' dan Pemutusan Bantuan

Di tengah meningkatnya ketegangan di Amerika Latin, Kolombia, yang secara tradisional adalah sekutu AS dan merupakan produsen minyak non-OPEC, tiba-tiba menjadi sasaran serangan diplomatik yang tajam dari Donald Trump.

Beberapa hari lalu, Trump secara terbuka melabeli Presiden Kolombia, Gustavo Petro, sebagai seorang gembong narkoba ilegal. Tuduhan tersebut muncul karena Trump menuding Petro membiarkan budidaya narkotika dalam skala besar di negaranya.

Tuduhan keras dari Trump ini segera diikuti dengan ancaman konsekuensi ekonomi yang serius. Mantan Presiden AS tersebut mengancam akan memotong total seluruh bantuan AS kepada Kolombia.

"Mulai hari ini, pembayaran ini, atau bentuk pembayaran lain apa pun, atau subsidi, tidak akan lagi diberikan kepada Kolombia," ujar Trump. Ia beralasan produksi narkoba Kolombia memicu kematian, kehancuran, dan kekacauan di AS.

Keputusan drastis Trump muncul setelah Presiden Petro menuntut jawaban dari AS atas insiden serangan di Karibia. Petro menuduh Washington bertanggung jawab atas kematian seorang nelayan Kolombia dalam operasi militer di perairan tersebut.

Petro kemudian membalas tuduhan Trump dengan menyebutnya "kasar" dan secara langsung melabeli orang nomor satu AS itu sebagai sosok yang "bodoh tentang Kolombia".

3. Nigeria: Ancaman "Aksi Militer Cepat" Atas Isu Genosida

Di benua Afrika, ketegangan hubungan antara AS dan Nigeria melonjak setelah Donald Trump mengancam akan memerintahkan "aksi militer cepat" terhadap negara tersebut. Ancaman ini dilontarkan Trump jika Nigeria gagal menindak apa yang ia sebut sebagai "pembunuhan terhadap umat Kristen."

Selain ancaman militer, Trump juga mengancam akan memutus semua bantuan AS kepada Nigeria apabila pemerintah setempat tidak menghentikan kekerasan tersebut.

Ancaman Trump didasarkan pada narasi adanya genosida terhadap umat Kristen di Nigeria, sebuah klaim yang segera dibantah keras oleh Pemerintah Nigeria. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Nigeria, Kimiebi Imomotimi Ebienfa, menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak benar.

"Kami tidak bangga dengan situasi keamanan yang sedang kami alami, tapi untuk mengikuti narasi bahwa hanya umat Kristen yang menjadi sasaran. Tidak, itu tidak benar. Tidak ada genosida terhadap umat Kristen di Nigeria," katanya.

Ebienfa menjelaskan bahwa kekerasan di Nigeria bukanlah hasil kebijakan pemerintah atau serangan yang ditujukan secara khusus kepada kelompok agama tertentu. Pemerintah Nigeria menunjuk kelompok teroris seperti Boko Haram serta jaringan yang berafiliasi dengan al-Qaeda dan ISIL (ISIS) sebagai pelaku utama kekerasan.

"Pemerintah Nigeria tidak mensponsori atau membenarkan kekerasan tersebut. Pemerintah justru sangat menentang itu," tambahnya.


(tps/tps)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Trump Diam-Diam Deklarasi 'Perang', 5 Jet Tempur AS Dekati Negara Ini

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|