Permintaan Minyak Diramal Masih Tinggi, Paling Besar untuk Ini

2 months ago 22

Jakarta, CNBC Indonesia - Permintaan dunia atas minyak dan gas bumi dunia diperkirakan masih tinggi, meski di tengah kampanye transisi energi.

Chris Birdsall, Director of Energy & Economics ExxonMobil, memaparkan permintaan energi global pada 2050 diperkirakan akan tumbuh sekitar 15% dibandingkan kondisi pada 2023.

Dia menyebut, proyeksi pertumbuhan permintaan energi global tersebut dengan asumsi permintaan energi yang lebih tinggi di negara-negara berkembang sampai 25%. Namun, kondisi sebaliknya terjadi di negara-negara maju, di mana diperkirakan akan ada penurunan permintaan energi sampai 10% karena adanya efisiensi pemakaian energi.

Pada 2050, permintaan energi global diperkirakan tumbuh 15% menjadi sekitar 700 kuadriliun Btu, terdiri dari bauran minyak dan gas bumi turun menjadi 54%, batu bara menjadi 13%, nuklir menjadi 7%, bioenergi naik menjadi 11%, dan energi terbarukan seperti air, angin, tenaga matahari, dan panas bumi naik menjadi 15%.

Di tengah transisi energi dan upaya dunia menekan emisi karbon, permintaan akan minyak dan gas bumi diperkirakan masih akan tinggi.

"Kami perkirakan permintaan minyak dan gas bumi global tetap akan di atas 50% dari total bauran energi dunia pada 2050," ungkapnya dalam acara CNBC Indonesia Road to Outlook - Energy Edition with ExxonMobil dengan tema "Energy Demand and Supply Outlook Through 2050" di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Permintaan minyak global mulai 2030 hingga 2050 diperkirakan akan relatif stabil di kisaran 100 juta barel per hari (bph).

Meskipun dunia hanya menjual mobil listrik pada 2035, menurutnya permintaan minyak dunia di 2050 diperkirakan masih berada di kisaran 85 juta barel per hari.

"Permintaan minyak untuk kendaraan penumpang diperkirakan akan turun pada 2050. Tapi mayoritas permintaan minyak global pada saat itu akan digunakan untuk industri pengolahan, seperti manufaktur dan produksi petrokimia, serta transportasi pengangkutan logistik seperti perkapalan, truk, dan penerbangan," paparnya.

"Dan di situlah sebenarnya satu tempat yang kami lihat pertumbuhan permintaan minyak paling besar adalah dalam bahan baku untuk petrokimia tersebut," tambahnya.

Selain petrokimia, Chris menyebutkan minyak bumi juga masih menjadi 'tulang punggung' sumber energi untuk sektor transportasi. Dia mengatakan sektor transportasi tidak bisa digantikan sumber energinya dari energi baru terbarukan (EBT).

"Jelas, energi terbarukan memainkan peran yang sangat penting di sana. Namun, tenaga surya dan angin tidak cocok untuk beberapa peluang transportasi komersial. Jadi, penerbangan, kelautan, truk, di situlah kepadatan energi minyak memainkan peran yang sangat penting," tandasnya.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Investasi Migas RI Tak Lagi "Seksi", Gimana Nasib Lifting RI?

Next Article Bahlil Minta Exxon Naikkan Produksi Minyak di RI Sampai 150.000 Barel

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|