Perusahaan AS Akan Berinvestasi Panas Bumi di RI Sampai Rp 16 Triliun

2 months ago 28

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Ormat Geothermal Indonesia, perusahaan panas bumi asal Amerika Serikat, akan berinvestasi hingga US$ 1 miliar atau sekitar Rp 16,2 triliun (asumsi kurs Rp 16.280 per US$) untuk mengembangkan proyek panas bumi di Indonesia sampai 2030 mendatang.

Presiden Direktur Ormat Geothermal Indonesia Dion Murdiono mengungkapkan, selama 10 tahun Ormat beroperasi di Indonesia, pihaknya sudah menggelontorkan investasi sebesar US$ 250 juta atau setara Rp 4 triliun.

Dalam kurun waktu 5 tahun mendatang, Dion menyebutkan pihaknya akan terus menambah investasi di Indonesia hingga mencapai US$ 1 miliar atau setara Rp 16,2 triliun.

"Ya, sejauh ini Ormat sudah investasi di Indonesia kira-kira di US$ 200 juta sampai US$ 250 juta. Dan kami akan terus investasi ini, dan kita plan untuk investasi sampai US$ 1 billion. Sampai tahun 2030," jelasnya kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, Jumat (14/2/2025).

Menurutnya, Indonesia memang menjadi salah satu tempat berinvestasi yang menarik untuk proyek panas bumi. Setidaknya, ada tiga hal yang membuat Indonesia layak menjadi sumber investasi penanam modal asing di sektor panas bumi.

Pertama, Indonesia merupakan pemilik sumber daya panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah Amerika Serikat. Lalu, adanya kebijakan tarif dan insentif yang bisa menarik investor. Ketiga, adanya iklim investasi yang menunjang, regulasi, dan sebagainya.

"Dan ketiga faktor ini menyebabkan ada beberapa negara yang menjadi tujuan investasi. Dan saya boleh katakan karena tujuan investasi yang terbaik untuk panas bumi memang masih US. Itu juga karena kita bisa bilang bahwa US adalah kampung halaman. Lalu yang kedua adalah Indonesia. Tidak ada lagi sebutannya yang lebih baik dari dua ini," tuturnya.

Dion menjelaskan, keberlanjutan investasi pihaknya di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah Indonesia yang terus mendukung investor asing.

"Dari sisi regulasi, dari sisi dukungan pemerintah, ini luar biasa. Jadi kita appreciate terhadap Pemerintah Indonesia, terhadap Kementerian ESDM, dan tentunya di Direktorat Jenderal EBTKE, bahwa support yang diberikan untuk membuka investasi, atau menarik investasi itu sangat besar," imbuhnya.

Meski begitu, dia mengatakan masih ada PR yang harus diperbaiki di Indonesia, terutama kebijakan yang dinilai harus ditambah, seperti insentif untuk menjadi pemanis bagi perusahaan asing untuk berinvestasi di Indonesia.

"Masih banyak PR tentunya, tapi sekali lagi untuk berinvestasi panas bumi di Indonesia, kami menilai bahwa menarik, layak, dan memadai," tandasnya.

Perlu diketahui, Ormat Indonesia ini merupakan bagian dari Ormat Technologies, perusahaan energi terbarukan asal Amerika Serikat. Meski di Amerika Serikat sudah beroperasi sejak 60 tahun lalu, namun ekspansi bisnis di Indonesia baru dimulai sejak 10 tahun yang lalu.

Tercatat di Bursa New York Stock Exchange, Ormat mengoperasikan 1.200 Mega Watt (MW) Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) di seluruh dunia, di mana 900 MW berada di Amerika Serikat.

Adapun salah satu proyek besar PLTP Ormat di Indonesia yaitu PLTP Sarulla di Sumatera Utara. Ormat memiliki 12,75% saham di Konsorsium Sarulla, bersama dengan Medco, Itochu, Kyushu, dan Inpex.

PLTP Sarulla yang dioperasikan Sarulla Operations Ltd (SOL) ini berkapasitas 3 x 110 Mega Watt (MW), merupakan salah satu proyek PLTP terbesar di dunia.


(wia)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Trump Tak Bisa Diandalkan, RI Incar Investasi EBT China-Eropa

Next Article 1 Dekade Investasi Panas Bumi RI Tembus Rp 133,52 Triliun

Read Entire Article
Ekonomi | Asset | Lokal | Tech|